Kisah Anak Pesisir di Muaragembong Bekasi, Usai Belajar Langsung Naik Perahu dan Berburu

25 Januari 2022, 20:37 WIB
Para anak pesisir di Muaragembong, Kabupaten Bekasi, beradaptasi dengan laut. /Bekasikab.go.id/

PR BEKASI - Masyarakat di Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, memang tidak dapat dilepaskan dari air laut yang menjadi bagian kehidupan mereka.

Hal sama terjadi pada anak-anak di Muaragembong, yang sejak usia batita, sudah dikenalkan dengan bagaimana luasnya lautan, serta kehidupan anak pesisir yang keras.

Mengenali anak-anak di Muaragembong lebih dekat, perkenalan mereka dengan lautan tanpa paksaan. Pasalnya perahu masih menjadi salah satu alat transportasi di sana.

Karena itu, berhadapan dengan kenyataan yang harus dijalani sehari-hari, anak-anak tersebut harus ikhlas bahwa bermain juga bisa melalui cara beradaptasi dengan gelombang air.

Baca Juga: Viral! Oknum Lempar Diduga Bom Molotov Saat Pelantikan Pejabat Ketapang, Warganet Beri Tanggapan Ini

Salah satunya di Desa Pantai Bahagia, Muaragembong, di mana warga bepergian dan menghabiskan sebagian waktu mereka dengan duduk di atas perahu.

Setiap harinya, sebagian besar warga dan juga anak-anak menjalani hari berada di perahu dan hal ini pun melekat dalam keseharian mereka.

Sekretaris Desa Pantai Bahagia, Akhmad Qurtubi, menceritakan masa bahagianya menjalani hari-hari sebagai salah satu anak pesisir di Muaragembong.

Baca Juga: Soal Ditemukan Kerangkeng di Rumah Bupati Langkat, Polisi Sampaikan Hasil Penyelidikan

Menghabiskan waktu di air itu baginya tak dapat dilepaskan dari keseharian, bahkan sudah menjadi tradisi turun temurun di desanya tersebut.

Bukan tanpa alasan, kampung halaman dari Akhmad Qurtubi ini dipisahkan oleh Sungai Citarum, yang mana memisahkan Desa Pantai Bahagia menjadi dua sisi.

"Perahu dipilih oleh warga sebagai alat transportasi alternatif karena jalur transportasi darat yang tidak begitu baik," katanya.

"Begitupun, kehidupan anak-anak Muaragembong setelah belajar pada siang hari, mereka pasti berada di atas perahu," ujarnya lagi.

Baca Juga: One Piece 1038, God Enel Datang ke Wano Bersama Armada, Reaksi Pemerintah Dunia Lihat Zunisha

Dia menambahkan bahwa setiap pulang sekolah, anak-anak pesisir di desanya selalu berada di perahu bersama dengan para orang tua, dan mereka belajar berburu ikan.

"Karena anak-anak di sini sudah dikenalkan pada bekerja. Tepatnya, mereka membantu orang-orang tua bekerja," ucapnya.

Akan tetapi, Akhmad Qurtubi menekankan bahwa anak pesisir ini dipastikan harus menguasai keterampilan seperti menjala ikan, atau menangkap kepiting dengan alat tangkap bubu.

"Hasil tangkapannya dijual, uangnya untuk tambahan jajan. Bahkan bisa untuk bantu menambah uang belanja orang tua mereka," katanya.

Dia menyampaikan bahwa anak pesisir Muaragembong secara umum sudah dilatih sejak kecil agar terbiasa dengan kesederhanaan.

Sejak mereka pulang sekolah sampai matahari terbenam, bahkan ada yang sampai larut malam. Tetapi hal terpenting adalah mereka diajarkan bagaimana mencintai pekerjaan yang dilakukan orang tuanya.

"Walau kehidupan mereka semakin sulit dirasa, karena kerusakan, karena abrasi dan selalu mendapatkan kiriman banjir Sungai Citarum pada tiap tahunnya," ucap dia.***

 

Editor: Gita Pratiwi

Tags

Terkini

Terpopuler