"Sebenarnya gak kepikiran sama sekali untuk kuliah. Jadi lulus SMK penginnya langsung kerja, karena waktu itu tersendat sama banyak hal. Waktu SMK kan Dian juga sambil kerja di Perpustakaan. Belum ada mimpi sama sekali," kata Dian Nursiati.
"Mendadak dari pihak SMK Binakarya, kepala sekolahnya bilang, 'Neng coba aja daftar seleksi kuliah dan magang kerja di Taiwan'. Awalnya mau ke Jepang, tapi karena terlalu mahal, gak berani dong. Akhirnya ke Taiwan," tuturnya.
Dian Nursiati mengaku bahwa awalnya dia pun ragu untuk mengikuti seleksi, mengingat biaya pendidikannya yang tidak sedikit.
"Terus Pak soal biaya, kata kepala sekolah 'gak apa-apa maju ada dulu'. Akhirnya minta konfirmasi dari orang tua," kata Dian Nursiati.
"Waktu itu kan seleksi banyak dari siswa-siswa lain, yang lolos itu 12 orang. Dan dari 12 orang itu hebatnya pihak SMK memfasilitasi untuk pinjaman," sambungnya.
"Serius, 12 orang ini dikasih pinjaman penuh dari sekolah bahwasanya kalian semua harus berangkat. Di angkatan pertama, pas keberangkatan Dian itu Rp15 juta per anak," ujar Dian Nursiati.
Namun, Dian Nursiati pun memutuskan untuk tetap berangkat, apalagi pihak sekolah juga meyakinnya bahwa dirinya pasti bisa membayar pinjaman tersebut.
"Di awal takut, karena memang iya sih, bayar dari mana kan. Pada saat itu mama tanda tangan paling terakhir, 'Entar dulu, ini ekonomi lagi begini. Dian mau ke luar (negeri)? Tanggung jawab gak ini?'," tuturnya.