Tak Lazim, Kapten Afwan Berangkat ke Bandara Tergesa-gesa dengan Baju Tak Disetrika dan Ucapkan Maaf

10 Januari 2021, 08:46 WIB
Pilot SJ 182 Kapten Afwan (kanan) dan Co-Pilot Diego Mamahit. Kapten Afwan terkenal baik dan saleh di lingkungannya.* /Foto: twitter.com/@jokobandit/

PR BEKASI - Sebelum insiden jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu pada Sabtu, 9 Januari 20201, keluarga pilot mengatakan Kapten Afwan pada saat berangkat dari rumah berangkat tergesa-gesa dan mengenakan baju yang belum disetrika.

Hal itu dikatakan sang keponakan Kapten Afwan, Muhammad Akbar saat dihubungi Antara, Ahad, 10 Januari 2020.

“Semalam istrinya cerita bahwa ini adalah kali pertama dalam 15 tahun, suaminya pergi tergesa gesa dan tanpa disetrika bajunya,” kata Muhammad Akbar seperti yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com.

Muhammad Akbar juga menuturkan, sebelum berangkat, Kapten Afwan mengucapkan permintaan maaf kepada sang istri.

Baca Juga: Pencarian Tengah Malam Beri Kabar Baru, Basarnas Berhasil Temukan Diduga Serpihan Pesawat Sriwijaya

Tak hanya itu, setelah sampai di bandara, Kapten Afwan juga sempat melakukan video call kepada anaknya.

Sikap kapten Afwan pun dianggap aneh, pasalnya setiap kali landing, Kapten Afwan selalu menelpon istrinya, namun kali ini tidak.

“Ini hal yang tak lazim dilakukan oleh beliau. Biasanya setiap kali 'landing', Kapten Afwan selalu telpon istrinya tapi sampai waktu 'landing' ternyata tidak ada kabarnya hingga sekarang,” kata Akbar.

Keluarga pun berharap ada mukjizat dan mendapatkan kabar baik atas keberadaan Kapten Afwan.

Baca Juga: Desak Tangkap Oknum-oknum Polisi 'Nakal', Amien Rais: Jokowi You Know What To Do

Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu, 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu.

Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.

Pesawat take off dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.

Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.

Baca Juga: Beri Dukungan untuk Jadi Gubernur Jakarta 2022, Pasutri: Bu Risma Tidak Boleh Tolak Takdir Tuhan

Keberadaan pesawat itu tengah dalam investigasi dan pencarian oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Koordinasi langsung dilakukan dengan berbagai pihak, baik Kepolisian, TNI maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Sejumlah kapal laut milik TNI AL dikerahkan, sekitar 10 kapal diterjunkan ke lokasi diduga jatuhnya pesawat di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Di antara kapal-kapal TNI AL yang dikerahkan yakni KRI Teluk Gilimanuk-531 mengangkut para kru SAR dan juga awak media. Lalu KRI Rigel-933 milik Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal).***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler