Usulkan Edukasi Vaksin Libatkan Tokoh Adat, Pandu Riono: Di Beberapa Daerah, Mereka Lebih Dihormati

17 Januari 2021, 09:06 WIB
Ilustrasi vaksinasi Covid-19 yang diharapkan dapat melibatkan tokoh adat. /ANTARA/ANTARA/Muhammad Adimaja

PR BEKASI - Pembawa acara mata Najwa, Najwa Shihab mempertanyakan apakah vaksin bukan satu-satunya jawaban dalam menghadapi pandemi atau memang kita ketergantungan hanya ada pada vaksin.

"Tetapi kalau kita fokus pada vaksin karena itu tema mata Najwa malam ini. Kalau kita misal fokus pada pendistribusian vaksin, apa saja langkah yang harus dilakukan?" kata Najwa Shihab, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari kanal Youtube Najwa Shihab pada Minggu, 17 Januari 2021.

Dijawab oleh Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, bahwa yang paling sulit adalah pendistribusian vaksin karena melihat wilayah Indonesia yang luas.

Baca Juga: Sebut Banjir Kalsel karena Penebangan Hutan, Marzuki Alie: Semoga Penguasa dan Pemodal Sadar  

Dikatakannya, proses pendistribusian itu sebagai rantai dingin vaksinasi.

"Rantai dingin di mana kita harus mengirim vaksin ke titik-titik pelayanan itu kan butuh kerja keras transportasinya, kemudian di tiap point of care apakah puskesmas, apakah rumah sakit, sudah tersedia mesin pendinginnya," ujar Pandu.

Dia menceritakan pengalamannya sewaktu menjadi dokter di puskesmas, sering mengalami masalah yang berkaitan dengan kulkas mati sehingga vaksin yang disimpan di dalamnya menjadi rusak dan tidak bisa dipakai.

Menurutnya, hal itu betul-betul membutuhkan integritas daripada rantai dingin vaksinasi yang tercapai.

Sementara yang kedua adalah menetapkan target karena terget itu penting jika ada penduduk yang tertinggal vaksinasi.

Baca Juga: Periksa Ukuran Jari Tangan Anda Sekarang, Simak Tes Sederhana Berikut yang Bisa Ungkap Kepribadian 

"Kedua adalah bagaimana menetapkan target dan terget-target itu penting sekali karena penduduk itu kalau ada yang tertinggal, yang kalau keinginan vaksinasinya luar biasa itu bisa terlupakan untuk dipanggil juga membuat resah," ucapnya.

Permasalahan yang ketiga adalah ada pada dosis vaksinasi yang harus dilakukan dua kali.

Sehingga masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin pada tahap awal harus diingatkan lagi untuk tahap kedua, yang mana jangka waktunya dua minggu.

Menurutnya, semua struktur harus digunakan untuk mengingatkan masyarakat untuk melakukan vaksin yang kedua itu.

Baca Juga: Meski Terjadi Erupsi yang Buat Warga Panik, Status Gunung Semeru Tetap Berada di Level II Waspada 

"Kita harus menggunakan semua struktur apakah dengan teknologi atau dengan struktur sosial masyarakat yang mengingatkan warganya untuk suntik kedua kalinya," katanya.

Pandu Riono melanjutkan hal yang paling penting dibicarakan adalah kesiapan dari masyarakat itu sendiri dalam menerima vaksin.

Dia menyampaikan bahwa di beberapa wilayah tertentu yang ada di Indonesia seperti Sumatra Barat, Aceh, dan di beberapa wilayah di Jawa Barat seperti Banten, masih banyak masyarakat yang enggan untuk divaksinasi.

Pandu menilai pemerintah harus melakukan komunikasi publik yang luar biasa terkait hal itu, terutama dengan menggunakan tokoh-tokoh adat yang berpengaruh di masyarakat tersebut selama ini.

Baca Juga: Puji Tri Rismaharini yang Blusukan ke Lokasi Gempa, Roy Suryo: Indonesia Luas, Bukan Hanya Jakarta 

"Seperti di Sumatra tokoh adat lebih dihormati dan ini menurut saya bisa dibantu demikian. Serta menggunakan media tradisional seperti wayang, ludruk, dan semuanya," ujarnya.

Pandu Riono menyatakan semua rencana harus dikerahkan untuk dapat mengajak masyarakat agar tidak menolak vaksin sehingga mereka malah akan mengejar untuk divaksin.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler