Amien Rais Ingatkan Ancaman Neraka Jahanam di Muka Jokowi, Rocky Gerung: Bahkan Pada Pak Harto pun Dia Berani

10 Maret 2021, 14:03 WIB
Amien Rais cs bertemu Jokowi di Istana untuk menyampaikan hasil temuan TP3 penembakan laskar FPI. /Tangkapan layar kanal YouTube Sekretariat Presiden/YouTube Sekretariat Presiden

PR BEKASI - Pengamat politik Rocky Gerung mengomentari ucapan politikus senior Amien Rais yang mengingatkan soal ancaman neraka jahanam saat berbicara di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Isi dari pertemuan Amien Rais cs dan Jokowi tersebut disampaikan oleh Menko Polhukam Mahfud MD yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa, 9 Maret 2021.

"Pertama, harus ada penegakan hukum sesuai dengan ketentuan hukum, sesuai dengan perintah Tuhan bahwa hukum itu adil dan yang kedua ada ancaman dari Tuhan kalau orang membunuh orang mukmin tanpa hak maka ancamannya neraka jahanam," ujar Mahfud MD.

Mendengar pernyataan Amien Rais tersebut, Rocky Gerung menyampaikan bahwa jangankan kepada Jokowi, kepada sosok presiden kontroversial Soeharto pun Amien Rais berani.

Baca Juga: BPOM Angkat Bicara Soal Efek Samping dan Perbedaan Vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Sinovac

Baca Juga: Soal Kisruh Internal Partai Demokrat, ABJ Sebut Presiden Jokowi Tak Akan Ikut Campur

Baca Juga: Taufiqurrahman Buka Suara dan Minta Agar Presiden Jokowi Pecat Moeldoko 

"Bahkan pada Pak Harto pun dia berani menyinggung soal reformasi," ucapnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Rabu, 10 Maret 2021.

Oleh karena itu, menurutnya tak heran jika Amien Rais kerap disebut sebagai salah satu bapak reformasi di Indonesia.

"Iya saya ingat itu, seringkali kita undang waktu saya masih aktif di YLBHI, kita sering undang pak Amien Rais, bahkan dulu kita promosikan dia jadi presiden kok," tuturnya.

Rocky Gerung mengatakan, karena Amien Rais memiliki pemikiran sebagai negarawan. Bahkan menurutnya, masyarakat seharusnya berhutang kepada Amien Rais.

"Karena kita tahu dia berpikir sebagai negarawan dan masyarakat sebetulnya berhutang kepada amien rais," ucapnya.

Baca Juga: Bicara Soal Neraka Jahanam di Depan Jokowi, Ferdinand Hutahaean: Bagus, Di Hari Tuanya Amien Rais Ingat Neraka 

Tetapi kemudian, ungkap Rocky Gerung, politik yang sepenggal-sepenggal telah memposisikan Amien Rais semata-mata dianggap sebagai orang yang sakit hati.

"Kesakithatian Amien Rais itu ada dasarnya, karena dia melihat arah bangsa itu dan saya kenal cara berpikirnya, ada sinisme, ada upaya untuk terus mau bertengkar, tapi sinisme dan pertengkaran itu adalah bagian dari keinginan kita untuk mengaktifkan nalar publik," tuturnya.

"Jadi amien rais sebetulnya terus ada di dalam nalar publik," sambungnya.

Walaupun Amien Rais saat ini dianggap publik condong ke kubu kanan, Rocky Gerung menegaskan bahwa Amien Rais bukan ke kanan, melainkan dia hanya ingin mengingatkan ada versi kanan yang saat ini dilupakan negara.

"Sama seperti ada versi kiri yang juga merupakan bagian dari sejarah kita itu. Jadi bagian ini yang gagal dipahami oleh Istana, sehingga Istana selalu bereaksi defensif terhadap Amien Rais," ucapnya.

Baca Juga: Kenali Tanda-tanda Pasangan Kamu Sudah Mulai 'Ghosting', Belajar dari Felicia Tissue dan Kaesang Pangarep 

Perlu diketahui, pada bulan Mei 1998, desakan agar Presiden Soeharto mundur makin kuat.

Namun penguasa Orde Baru tersebut tetap berkeras menyatakan akan mundur dalam Pemilu yang digelar tahun 2000. Hal itu dinilai sejumlah pihak hanya upaya Soeharto untuk mengulur waktu.

Amien Rais pada saat itu berencana menggelar aksi massa dengan long march di Monas tanggal 20 Mei 1998. Puluhan ribu orang dari berbagai elemen diperkirakan akan menghadiri konsolidasi nasional tersebut.

Tanggal 19 Mei 1998, Amien Rais mengaku mendapat panggilan malam dari Mabes TNI di Cilangkap, Jakarta Timur.

Tepat setelah salat Isya, dering telepon dari seorang jenderal berbintang dua memberi peringatan, bahwa jangan sampai ada aksi massa pada 20 Mei 1998 di Monas Jakarta Pusat.

Baca Juga: Babak Baru Kasus Habib Rizieq Shihab, Agenda Sidang Akan Digelar 16 Maret 2021 Mendatang 

Saat itu, Amien Rais mengaku telah ditunggu ratusan bahkan ribuan mahasiswa yang menyuarakan penggulingan Soeharto.

"Saya benar-benar lupa namanya, Mayjen siapa gitu. Dia bilang tolong 20 Mei yang syukuran reformasi di Monas tolong dibatalkan," cerita dia dalam acara Refleksi 20 tahun Reformasi di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 21 Mei, 2018.***

 

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler