Harga Tahu dan Tempe Makin Mahal, DPR Desak Setop Impor Kedelai

11 Juni 2021, 10:50 WIB
Perajin tempe di Cikarang sedang melakukan produksi, walau harga kedelai terus merangkak naik. /Pikiran Rakyat Bekasi/M Bagja

PR BEKASI - Guna memenuhi kebutuhan perajin tahu dan tempe di Tanah Air, saat ini Pemerintah membeli bahan baku kedelai dengan impor.

Bahkan belum lama ini ini kebutuhan kedelai dalam negeri meningkat drastis, sehingga harga kedelai terus merangkak naik.

Terkait itu Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan meminta pemerintah membuat kebijakan yang bisa menghentikan ketergantungan terhadap impor kedelai.

Baca Juga: Sama-sama Terbuat dari Kedelai, Ternyata Nutrisinya Tempe Lebih Unggul dari Tahu

Sehingga mengurangi beban biaya yang ditanggung UMKM perajin tahu dan tempe.

"Selama ini dipasok dari kedelai impor, yang terkadang fluktuasi harganya sangat merugikan UMKM kita. Bahkan, mereka telah mengancam melakukan mogok sebagai protes terhadap tingginya harga kedelai," kata Johan Rosihan dalam rilis di Jakarta,pada Jumat 11 Juni 2021.

Ia mengingatkan Menteri Pertanian pernah berjanji pada awal 2021 lalu akan menuntaskan persoalan kedelai ini dalam dua kali masa tanam, namun hingga kini belum ada sesuatu yang menggembirakan bagi kedelai lokal.

Baca Juga: Harga Kedelai Melonjak Naik, Sebagian Perajin Tahu Tempe di Cikarang Mogok Produksi

Untuk itu, Mentan diharapkan bisa membuat simulasi anggaran berdasarkan data yang riil.

"Agar kita tidak lagi bergantung dengan impor kedelai selama ini, berapa kebutuhan anggaran agar kita bisa produksi kedelai sesuai kebutuhan nasional supaya kita tidak
merancang untuk impor terus," kata Johan sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Antara pada Jumat, 11 Juni 2021.

Menurutnya, dengan kebutuhan kedelai nasional diperkirakan mencapai hingga sekitar 3 juta ton per tahun, sedangkan target produksi kedelai berkisar 300.000 ton per tahun.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu Tempe di Jabar Mogok Produksi hingga Tiga Hari ke Depan

Masih menurut Johan, bahwa dirinya selaku wakil masyarakat Sumbawa telah melakukan tanam perdana Demfarm di Sumbawa. Dari sana, ia melihat hasil pengembangan beberapa jenis varietas kedelai oleh Balitbangtan BPTP NTB yang produksinya bisa mencapai 3,5 ton per hektar.

"Ini adalah potensi menuju swasembada kedelai jika pemerintah serius ingin menjadikan kedelai sebagai komoditi pangan strategis di tanah air," ujar Johan.

Ia mengusulkan agar Balitbang Kementan segera melakukan riset peningkatan produksi dan pengembangan kedelai lokal yang memiliki standar mutu untuk industri tahu tempe.

Baca Juga: Harga Kedelai Dunia Melonjak Naik! Pemerintah Tengah Upayakan Tetap Jaga Harga Tahu dan Tempe di Pasaran

"Saya minta pemerintah segera melakukan pengembangan varietas unggul tanaman kedelai yang cocok dengan kondisi lahan dan iklim di Indonesia serta melakukan perakitan teknologi budidaya, panen dan pascapanen dari tanaman kedelai yang menguntungkan petani dan perajin tahu tempe," kata Johan.

Dengan demikian Johan menyesalkan relatif rendahnya serapan anggaran Kementan pada bagian paruh awal dari tahun 2021 ini.

Padahal menurutnya petani dan peternak di berbagai daerah sangat membutuhkan dukungan anggaran APBN demi kelancaran usaha guna memenuhi kebutuhan untuk bertani menanam kedelai.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler