PR BEKASI - Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat Syahrial Nasution mengkritik pernyataan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang membantah isu yang menyebut dirinya ingin mengudeta kepemimpinan Partai Demokrat.
Pasalnya, dalam pernyataannya, Moeldoko mengakui bahwa dia bertemu dengan sejumlah kader Demokrat baik di rumah maupun di hotel, tapi hanya sekadar ngopi-ngopi saja.
Syahrial Nasution mengatakan bahwa itu adalah acara ngopi-ngopi paling mahal ala Istana, karena setelah acara ngopi diberi uang Rp30 juta.
Syahrial Nasution bahkan menyebut, setelah terjadi Kongres Luar Biasa (KLB) untuk melengserkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), setiap kader juga dijanjikan Rp100 juta sampai Rp250 juta.
"Ngopi paling mahal ala orang Istana. Habis ngopi dikasih Rp30 juta. Usai KLB pasca kudeta dijanjikan Rp100 juta - Rp250 juta," kata Syahrial Nasution, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari cuitan Twitter @syahrial_nst, Kamis, 4 Februari 2021.
Syahrial Nasution lantas mempertanyakan apakah tindakan Moeldoko itu mendapat restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca Juga: Dituduh Ingin Jadi Capres 2024, Moeldoko: Saya Profesional, Tidak Pernah Mengemis Jabatan
"Apa Pak @jokowi merestui pejabatnya berfoya-foya seperti ini? Sensitivitas Moeldoko memanfaatkan kesempatan saat pandemi Covid-19 untuk ambisi pribadi patut dipertanyakan," kata Syahrial Nasution.