Ngopi paling mahal ala orang Istana. Habis ngopi dikasih Rp30jt. Usai KLB pasca kudeta dijanjikan Rp100jt-250jt. Apa Pak @jokowi merestui pejabatnya berfoya2 sprt ini? Sensitivitas Moeldoko memanfaatkan kesempatan saat pandemi Covid-19 utk ambisi pribadi patut dipertanyakan. https://t.co/yZsrQ5eNs4— syahrial nasution (@syahrial_nst) February 4, 2021
Lebih lanjut, Syahrial Nasution menilai bahwa Moeldoko sangat tidak sensitif dan membebani Jokowi.
Pasalnya di saat situasi Indonesia sedang sulit karena pandemi Covid-19, Moeldoko malah merapatkan barisan bersama para koruptor untuk membahas kudeta terhadap AHY.
"KSP Moeldoko sangat tidak sensitif dan membebani Presiden @jokowi. Di tengah situasi ekonomi sulit dan pandemi Covid-19 malah aktif rapat-rapat bersama mantan koruptor Nazarudin, pecatan @PDemokrat membahas kudeta terhadap Mas @AgusYudhoyono," tuturnya.
Syahrial Nasution pun mempertanyakan dari mana sumber dana yang dimiliki Moeldoko sehingga bisa menjanjikan banyak uang pada kader Demokrat.
"Bagi-bagi uang kepada DPC (Dewan Pimpinan Cabang) untuk KLB. Sumbernya dari mana?," ujar Syahrial Nasution.
Baca Juga: Bantah Tuduhan Ingin Kudeta AHY, Moeldoko: di Demokrat Ada Pak SBY, Senior yang Sangat Saya Hormati
Sebelumnya, Moeldoko mengakui bahwa dia memang pernah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan sejumlah kader Demokrat, baik di kediamannya maupun di hotel.
Meski demikian, pertemuan itu hanya pertemuan biasa, sebatas minum kopi bersama, sama seperti pertemuannya dengan berbagai kelompok di kantornya.
"Beberapa kali di rumah saya. Ya, ada di hotel, di mana-mana. Intinya aku datang diajak ketemu. Ya, wong saya biasa di kantor itu setiap hari juga menerima orang, menerima berbagai kelompok di kantor saya, ya biasa saja," kata Moeldoko.