PR BEKASI - Sosiolog Arief Munandar turut menanggapi pernyataan Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari yang mengusung pasangan Jokowi-Prabowo di Pilpres 2024.
Arief Munandar mengatakan, usulan M Qodari itu muncul karena Pilkada 2022-2023 tidak jadi digelar, gara-gara pemerintah dan DPR sepakat membatalkan revisi RUU Pemilu, sehingga Pilkada disatukan dengan Pileg dan Pilpres pada 2024 mendatang.
Arief Munandar menilai, salah satu pihak yang terpukul dengan keputusan tersebut adalah lembaga survei, karena para pemilik lembaga survei yang sebelumnya sudah siap-siap panen di 2022-2023 hanya bisa gigit jari lantaran hilangnya 'periuk nasi' miliknya.
Baca Juga: Soroti Persidangan HRS, Natalius Pigai: Pantaskah Hakim Disebut Yang Mulia Jika Tak Beri Keadilan?
Baca Juga: Soal Ucapan 'Selingkuh Sebagian dari Iman', Mayangsari: Gak Munafik, Memang Iman Saya Kurang Baik
"Nah itulah yang membuat orang mengait-ngaitkan kenapa belakangan M Qodari tiba-tiba punya mainan baru. Jadi Mas Qodari ini tampil di publik, mengusung satu gagasan yang benar-benar out of the box, yaitu memasangkan Jokowi dan Prabowo untuk jadi presiden lewat Pilpres 2024," kata Arief Munandar, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube M Qodari, Minggu, 21 Maret 2021.
Arief Munandar lantas menjelaskan bahwa argumentasi M Qodari mengusung Jokowi-Prabowo adalah untuk mendamaikan keterbelahan masyarakat yang sangat terasa pasca Pilpres 2019 lalu.
"Kok bisa Jokowi-Prabowo? Karena menurut Qodari, Prabowo ini sosok yang merupakan ikon dari kelompok oposisi. Jadi kalau digabungkan Jokowi dan Prabowo, maka dengan sendirinya keterbelahan dan perpecahan di publik itu bisa diobati, bisa diatasi," kata Arief Munandar.