Sofyan Tsauri menyampaikan bahwa seorang teroris itu tidak secara tiba-tiba melakukan tindakan teror. Karena menjadi seorang teroris yang tulen dan militan serta siap pakai, itu harus melalui beberapa tangga.
"Jadi tangganya itu ada intoleransi, ada radikalisme, ada terorisme," jelasnya.
Dia mengungkapkan, seorang terorisme sudah pasti intoleran dan sudah pasti radikal. Namun, seorang radikal dan intoleran belum tentu teroris.
"Tapi seringkali orang itu berkarier di sini, Bang Karni. Jadi dia sudah melakukan aksi dia berkarier dulu di intoleran. Saya mencontoh diri saya dan beberapa rekan-rekan," katanya.
Baca Juga: Bicara Kemungkinan Maju Jadi Gubernur DKI Jakarta, Pasha Ungu: Kalau Perintah Partai, Kenapa Tidak
Contohnya adalah, dua orang anggota Polwan yang pada 2019 dan Januari 2020 terlibat aksi terorisme, yang berasal dari kriminal umum Polda Maluku Utara.
Awalnya, Polwan tersebut mengikuti pengajian yang intoleran dan terafiliasi dengan atau kelompok-kelompok yang selama ini dikenal intoleransi.
Polwan itu belum menjadi radikal dan teroris, tetapi dari situ meningkat dan mengakselerasi atau mengafirmasi diri sampai bertemu dengan kelompok jihad hingga siap menjadi pengantin bom.
"Artinya begini, kolerasi benangnya, kalau kita tahu kelompok FPI ini masih taraf radikal belum jadi teroris," katanya.
Baca Juga: Suami Ratu Elizabeth, Pangeran Philip Meninggal di Usia 99 Tahun