Menilik Lokasi Ditemukannya KRI Nanggala-402, Ternyata Rumah Bagi Gurita Raksasa

- 26 April 2021, 10:51 WIB
Ilustrasi gurita raksasa yang hidup di laut terdalam.*
Ilustrasi gurita raksasa yang hidup di laut terdalam.* /Tangkapan Layar YouTube/On Demand News

PR BEKASI - Kapal selam KRI Nanggala-402 akhirnya berhasil ditemukan di perairan barat Bali.

Hal tersebut diumumkan dalam konferensi pers pada Minggu kemarin, 25 April 2021.

Kapal selam yang diproduksi Jerman ini patah menjadi tiga bagian saat ditemukan dan berada di dasar laut dengan kedalaman 838 meter.

Baca Juga: Pandemi Belum Berakhir, Satgas Covid-19: Lindungi Keluarga, Jangan Mudik Dulu!

Dikutip dari Save the High Seas, pada kedalaman 800 meter, ternyata hidup hewan yang jarang kita temui di permukaan laut, yakni gurita pasifik raksasa (tujuh meter) dan oarfish raksasa (ikan vertebrata terpanjang di Bumi, sebelas meter).

Wakil Presiden (Wapres), KH Ma'ruf Amin turut menyampaikan duka cita yang mendalam atas gugurnya 53 awak kapal selam KRI Nanggala-402 yang telah dinyataan meninggal dunia di perairan utara Bali.

Ma'ruf menyampaikan bahwa para awak telah bekerja tanpa lelah untuk menjaga kedaulatan bangsa dan NKRI.

Baca Juga: Ngaku Gagal ke DPR Meski Telah Habiskan 1 Miliar, Faldo Maldini: Biaya Politik Gak Murah

Dia pun menyampaikan doanya agar 53 awak yang gugur tersebut telah tercatat sebagai syuhada.

"Semoga arwah para awak Kapal Selam KRI Nanggala 402, tercatat sebagai syuhada dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa," ungkap Wapres Ma'ruf sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari PMJ News, Senin, 26 April 2021.

Bagaimana kehidupan di dalam laut saat kapal selam KRI Nanggala-402 terjun hingga kedalaman 800 meter?

Baca Juga: Oknum Bobotoh Anarkis, Graha Persib Dilempari Flare Lantaran Persib Gagal Bawa Gelar Juara Piala Menpora 2021

Ketika kita menyelami lautan, cahaya mulai memudar dengan cepat.

Dikutip dari Ocean Find Your Blue, mulai dari kedalaman 200 meter, semua cahaya mulai hilang dan suhu turun drastis.

Pada kondisi ini, laut benar-benar akan terlihat hitam. Cahaya mungkin hanya berasal dari bakteri dan hewan yang menghasilkan cahaya dari dalam laut.

Baca Juga: Daftar Harga Kebutuhan Pokok Jawa Barat Akhir April 2021 Terpantau Fluktuatif, Daging Ayam dan Cabe Turun

Kemudian pada kedalaman 700 meter hidup hewan Coelacanth atau yang dijuluki fosil hidup. Hewan ini adalah kerabat dari lungfishes dan tetrapoda yang diyakini telah punah sejak akhir zaman Kapur (dari 145 juta tahun yang lalu hingga awal zaman Paleogen, 66 juta tahun lalu).

Pada kedalaman 750 meter, hidup kepiting raja. Kepiting raja (Lithodidae) adalah takson dari krustasea dekapoda mirip kepiting yang terutama ditemukan di laut dingin.

Pada kedalaman 800 meter, hidup gurita pasifik raksasa dan oarfish raksasa.

Baca Juga: Kedapatan Bawa Ganja Saat Konvoi di Bundaran HI, Oknum Jakmania Diamankan Polisi

Bentuk kehidupan di laut berbeda dengan yang ada di daratan dan udara. Kehidupan di laut tidak bergantung pada fotosintesis dan matahari, tetapi energi kehidupan laut bergantung pada bahan kimia yang berasal dari bawah permukaan bumi.

Dari sekitar 10 juta spesies yang hidup di laut dalam, sebagian besar belum bisa ditemukan hingga saat ini.

Lebih lanjut, dikutip dari Schmidt Ocean Institute, di kedalaman 850 meter kondisi air tidak seperti yang dirasakan di kolam renang.

Baca Juga: Desak Prabowo Beberkan Rencana Agar Tragedi KRI Nanggala Tak Terulang, Hendri Satrio: Jangan Retorika Terus!

Tekanan hidrostatis air meningkat sebanyak 1 atm setiap kedalaman 10 meter. Jika tekanan di udara adalah 1 atm, maka tekanan di kedalaman 850 meter adalah 85 atm. Sementara manusia hanya bisa bertahan pada tekanan sekitar 3 hingga 4 atm.

Hal tersebutlah yang menjadi alasan kenapa awak kapal selam KRI Nanggala-402 tidak bisa serta merta keluar dari kapal selam.

Berenang dalam air laut di kedalaman 850 adalah hal yang tidak mungkin bagi manusia, rasanya mungkin akan sama seperti diinjak 100 ekor gajah di kepala.

Baca Juga: Soroti Menhan soal Tragedi KRI Nanggala, Abdullah Rasyid: Harusnya Prabowo Malu dan Mundur

Halaman:

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: PMJ News Save the High Seas Schmidt Ocean Institute


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x