Lebih lanjut, Trubus Rahadiansyah menilai bahwa kritik terhadap Abdee Slank merupakan rangkaian kritik terhadap komisaris-komisaris sebelumnya yang juga dianggap tidak cocok.
"Tapi kita melihat, kritikan ini adalah sebuah rangkaian dari kritikan sebelumnya, di mana ada orang yang dianggap tidak sesuai juga sebagai komisaris," kata Trubus Rahadiansyah.
"Misalnya, Yenny Wahid, Alissa Wahid, Profesor Said Aqil Siradj, itu kan banyak kritik-kritik dari publik juga. Jadi ini kritik dari rangkaian sebelumnya, tapi ini lebih heboh karena yang bersangkutan dari dunia musik," sambungnya.
Trubus Rahadiansyah juga mengatakan bahwa saat ini publik masih ada dalam situasi yang terdampak pandemi Covid-19, sehingga menjadi lebih sensitif.
"Sebenarnya kalau titik tolaknya profesional ya gak apa-apa, publik juga memahami. Cuma ini ada satu hal yang lebih penting lagi bahwa ada situasi logika publik di suasana yang agak berbeda karena kondisi pandemi," kata Trubus Rahadiansyah.
"Jadi masyarakat kita ini cenderung sensitif, punya penilaian sendiri, logika sendiri, dan cara pandang sendiri, dan persepsi sendiri, itu masalahnya. Karena mereka sudah terdampak Covid-19," sambungnya.
Baca Juga: Tolak Buka Masker, Hotman Paris Akui Kehilangan Program TV dan Rugi Puluhan Juta Setiap Malam
Meski demikian, Trubus Rahadiansyah menilai bahwa tidak ada yang salah dari kritik publik terhadap Abdee Slank, karena itu artinya publik peduli akan kemajuan BUMN.
"Ya gak salah, artinya itu bagian dari aspirasi yang disampaikan. Saya lihat, publik juga hanya melihat persoalan bagaimana Telkom itu ke depannya bisa (maju) sebagai BUMN. Itu kan milik publik," ucapnya.