PR BEKASI - Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono memberikan tanggapan terkait aksi blusukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke salah satu apotek yang ada di Kota Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, 23 April 2021.
Pandu Riono mengatakan, hal yang wajar jika obat Covid-19 yang dicari Jokowi di apotek tersebut kosong, karena obatan-obatan tersebut termasuk ke dalam obat keras.
Pandu Riono lantas mengatakan, jika dirinya Menteri Kesehatan (Menkes) tentu dirinya akan menjelaskan pada Jokowi bahwa petugas apotek tidak akan berani mengatakan obat Covid-19 yang dicarinya itu ada.
"Kalau saya yang jadi Menkes akan merespon, "Pak Presiden @jokowi, semua yang ditanya itu obat keras, petugas apotek tidak berani bilang ada. Nanti apotek bisa bermasalah," kata Pandu Riono, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari cuitan Twitter @drpriono1, Sabtu, 24 Juli 2021.
Pandu Riono juga mengatakan bahwa salah satu obat yang dicari Jokowi, yakni Oseltamivir sudah tidak dianjurkan oleh dokter untuk terapi Covid-19.
"Profesi dokter sudah tidak menganjurkan pakai Oseltamivir untuk terapi Covid-19," ujar Pandu Riono.
Lebih lanjut, Pandu Riono mengatakan, jika obatan-obatan yang dicari Jokowi ada di apotek, kemungkinan besar apotek tersebut akan ditutup karena memberikan obat keras tanpa resep dokter.
"Kalau obat-obatan yang dicari Pak @jokowi ada, apoteknya bisa ditutup karena berikan obat keras tanpa resep dokter," kata Pandu Riono.
Menurut Pandu Riono, pemerintah juga tak perlu menyelidiki terkait hilangnya obat terapi Covid-19 yang dicari Jokowi di apotek Bogor, karena tidak semua apotek harus menyediakan obat keras.
"Buat apa (diselidiki)? Tidak semua apotek harus menyediakan obat keras seperti itu. Itu pun hanya sidak satu apotek saja. Bukan seperti itu cara simpulkan hanya dari satu apotek, seakan-akan terjadi pada semua apotek. @BudiGSadikin @KemenkesRI," tutur Pandu Riono.
Pandu Riono lantas meminta Menkes Budi Gunadi Sadikin untuk meninjau ulang program paket obat isoman gratis yang dibagikan kepada rakyat.
"Pak Menkes @BudiGSadikin sebaiknya paket obat yang didistribusikan ke masyarakat ditinjau ulang. OTG dan bergejala ringan tak perlu obat. Yang sedang dan berat harus masuk Rumah Sakit," kata Pandu Riono.
Pandu Riono juga mengingatkan Jokowi bahwa pengobatan bukan solusi kendalikan pandemi Covid-19, dan paket obat yang dibagikan pemerintah pun kontraproduktif.
"Pak @jokowi untuk kendalikan pandemi, solusinya bukan pada pengobatan. Paket obat yang disediakan pemerintah itu kontraproduktif dan tidak mendidik rakyat agar hindari konsumsi obat keras," tutur Pandu Riono.
Terakhir, Pandu Riono meminta pemerintah untuk lebih fokus mengedukasi masyarakat terkait masyarakat dan ketatkan protokol kesehatan.
"Wajibkan rakyat selalu pakai masker, tingkatkan Tes-Lacak-Isolasi, edukasi rakyat agar paham," ujar Pandu Riono.
Seperti diketahui, sebelumnya Jokowi melakukan blusukan ke salah satu apotek di Kota Bogor untuk menanyakan ketersediaan beberapa obat Covid-19, seperti antivirus Oseltamivir, Favipiravir, vitamin D3 5000 IU, multivitamin yang mengandung zinc.
Namun, obatan-obatan tersebut kosong, sehingga Jokowi akhirnya menelepon Budi Gunadi Sadikin.
Budi Gunadi Sadikin pun meminta maaf pada Jokowi dan mengaku akan kembali mengecek stok obat Covid-19. Karena menurutnya, obat-obatan tersebut sudah tersedia dan bisa didapatkan secara online.***