Lebih lanjut, Haikal Hassan mengatakan bahwa saat ini masalah kompetisi menulis artikel yang diselenggarakan BPIP menjadi meluas, karena adanya pemilihan narasi yang tidak tepat.
"Masalahnya, ini akhirnya menjadi meluas seolah-olah ada pemilihan kata yang tidak tepat. Kalau Bang Ali Mochtar kan sering berkata narasi, diksi, itu gak tepat dengan apa yang terjadi sekarang," tutur Haikal Hassan.
Baca Juga: Polisi Buru Pembuat Mural 'Jokowi 404: Not Found', Fadli Zon: Tak Usah Berlebihan, Katanya Demokrasi
Haikal Hassan lantas mengingatkan semua pihak terkait peran ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Salah satunya, peran Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi di Kwitang, yang disuruh mengibarkan merah putih di seluruh Kwitang dengan risiko dibunuh oleh Jepang.
Lalu, peran Habib Muhammad Bin Ahmad Al-Haddad di Condet Al-Hawi, yang berteriak gunakan merah putih sebagai lambang negara Indonesia.
"Itu peran ulama semua. Ini sudah sejarah yang tercatat, jangan dibolak-balik lagi," ujar Haikal Hassan.
Haikal Hassan pun menyayangkan tema kompetisi penulisan artikel yang diselenggarakan BPIP, karena seolah-olah membenturkan Islam dan nasionalisme.
"Terus sekarang tiba-tiba menyeruak seolah-olah Islam melarang hormat bendera, seolah-olah Islam tidak punya wawasan kebangsaan," kata Haikal Hassan.