PR BEKASI – Iklim demokrasi Indonesia tidak sepenuhnya berjalan dengan sehat, oligarki hingga salah satunya politik dinasti masih menjadi isu hangat ditengah kancah politik Indonesia.
Praktik oligarki dengan adanya kekuasaan dipegang atau dikuasai oleh sekelompok elit kecil atau minoritas masyarakat. Dan Politik Dinasti dengan menempatkan kelompok keluarga atau kerabat pada posisi strategis di pemerintahan menjadikan demokrasi perlu untuk dikaji dan diuji kembali.
Belum lama ini, politik dinasti ramai menjadi perbincangan setelah majunya putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu Gibran Rakabuming dan menantunya Bobby Afif Nasution.
Baca Juga: Fakta Baru Penembakan Masjid di Selandia Baru, Pelaku Menyesal Tak Bunuh Lebih Banyak Orang
Diketahui bahwa Gibran akan maju dalam Pilkada Solo. Disisi lain, Bobby yang diusung oleh PDI-P juga akan maju dalam Pilkada Medan.
Terkait politik dinasti, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof Jimly Asshiddiqie, mengatakan Banyak partai politik yang muncul pada perjalanan reformasi pada akhirnya justru terjebak pada oligarki dan politik dinasti.
"Ada problem internal di dalam partai-partai, partai yang lahir di era reformasi," ujar Jimly, saat diskusi daring "Bernegara Seri-1 (Refleksi dan Proyeksi 75 Tahun INDONESIA: Berpolitik, Bernegara, Berkonstitusi)", Minggu, 23 Agustus 2020, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.
Baca Juga: Gelar Prosesi Khitanan Massal di Tengah Covid-19, Tri Adhianto Apresiasi Pihak Penyelenggara
Jimly menjelaskan reformasi adalah upaya membalikkan keadaan yang cenderung negatif supaya kembali baik, seperti Orde Lama dikoreksi Orde Baru, dan Orde Baru dikoreksi oleh Reformasi.