Soal Rencana Penghapusan Premium dan Pertalite, Dirut Pertamina Buka Suara

- 1 September 2020, 12:15 WIB
SPBU KM 519, Sragen Jawa Tengah. (Instagram @pertamina)
SPBU KM 519, Sragen Jawa Tengah. (Instagram @pertamina) /

 


PR BEKASI - Isu tentang penghapusan premium dan pertalite kembali menguat karena alasan dua produk ini masih dijual di bawah research octane number (RON) 91.

"Kita akan mencoba melakukan pengelolaan hal ini karena sebetulnya premium dan pertalite ini porsi konsumsinya paling besar," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara PT Pertamina dan Komisi VII DPR RI seperti dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI, Selasa, 1 September 2020.

Sementara, kata Nicke, penyederhanaan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) harus mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan No 20 Tahun 2019 yang mensyaratkan standar minimal RON 91.

Baca Juga: PLN Beri Token Gratis untuk Bulan September 2020, Catat Syarat dan Cara Mendapatkannya

"Premium Ron 88, Pertalite RON 90. Hanya 7 negara yang masih menjual produk gasoline di bawah RON 91, yakni Bangladesh, Colombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, Uzbekistan, dan Indonesia," tuturnya.

Nicke juga mengatakan bahwa Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, hingga Myanmar yang telah menggunakan BBM dengan RON 91.

"Begitu juga dengan Australia dan India yang menggunakan BBM dengan RON paling rendah di angka 91. Di kawasan Asia, Indonesia hanya senasib dengan China yang masih menggunakan RON di bawah 90. Itu pun, RON terendah China menggunakan sebesar 89," katanya menambahkan.

Baca Juga: Tindak Lanjuti Kasus Peretasan, Polda Metro Jaya Panggil Pimred Tirto dan Tempo.co.

Padahal menurutnya, Indonesia masuk dalam kelompok negara yang memiliki GDP 2.000 dolar Amerika hingga 9.000 dolar amerika per tahun atau setara dengan Rp29 juta sampai Rp131 juta.

Namun, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memasarkan jumlah jenis produk BBM paling banyak yakni 6 jenis produk.

"Jadi itu alasan yang paling penting kenapa kita perlu mereview kembali varian BBM ini, karena benchmark 10 negara seperti ini," kata Nicke.

Baca Juga: Kerugian Pertamina Dipersoalkan Banyak Pihak, DPR: Ini Karena Pernyataan Ahok yang Meremehkan

CEO Subholding Commercial and Trading Pertamina Mas'ud Khamid mengakui terjadi penurunan penjualan produk Premium sejak awal tahun 2019 hingga pertengahan 2020.

"Daily sales premium di awal 2019 di kisaran 31.000 hingga 32.000 kiloliter per day, Pertamax sekitar 10.000 kl artinya penjualan premium tiga kali penjualan pertamax," kata Mas'ud.

Memasuki Agustus 2020, penjualan premium menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 24.000 kl per hari sementara Pertamax meningkat menjadi 11.000 kl per hari.

Baca Juga: Informasi Harga Pangan Pasar di Jakarta, Selasa, 01 September 2020

Anggota Komisi VII DPR RI Paramitha Widya Kusuma mengatakan, jika Pertamina seandainya melakukan penyederhanaan varian produk BBM, bagaimana dengan kesiapan kilang.

"Terkait penghapusan Premium dan Pertalite, bagaimana nanti kesiapan Kilang Pertamina untuk konfigurasi tersebut," ujar Paramitha.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x