Mengenal Laurel Hubbard, Atlet Transgender Pertama dalam Sejarah Olimpiade

- 23 Juni 2021, 13:37 WIB
Laurel Hubbard, Atlet transgender pertama yang akan tampil di ajang olimpiade.
Laurel Hubbard, Atlet transgender pertama yang akan tampil di ajang olimpiade. /YouTube CBS This Morning

PR BEKASI – Dalam ajang olimpiade, belum pernah ada seorang atlet transgender yang tampil dalam ajang olahraga terbesar di dunia itu sebelum Laurel Hubbard menjadi yang pertama kali.

Laurel Hubbard adalah seorang atlet angkat besi yang berasal dari Selandia Baru. Dirinya dinyatakan lolos untuk berajang di Olimpiade Tokyo.

Komite Olimpiade Selandia Baru memasukkan nama Laurel Hubbard ke dalam daftar atlet untuk bersaing di kelas berat super 87 Kg plus wanita.

Baca Juga: Rambah Dunia Politik, Mantan Atlet yang Kini Jadi Transgender Caitlyn Jenner Maju Sebagai Gubernur California 

Laurel Hubbard yang kini berusia 43 tahun, sebelumnya pernah menjadi pemenang medali perak pada kejuaraan dunia tahun 2017 lalu.

Sebelumnya ia adalah seorang laki-laki hingga sampai tahun 2012 tepatnya di usia 35 tahun, ia memutuskan untuk mengubah identitasnya menjadi perempuan.

"Saya berterima kasih dan terharu dengan kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada saya, oleh begitu banyak warga Selandia Baru," kata Hubbard, seperti dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Guardian

Baca Juga: Kemendagri akan Buatkan e-KTP untuk Transgender, Hartoyo: Banyak Hambatan, Mereka Miskin dan Minder 

"Ketika lengan saya patah di Commonwealth Games tiga tahun lalu, saya diberitahu mungkin karier olahraga saya kemungkinan telah berakhir. Tapi dukungan Anda, dorongan Anda, dan 'aroha' (kasih sayang) Anda membawa saya melewati kegelapan," katanya melanjutkan.

Hubbard yang sudah menekuni olahraga angkat besi sejak 1998 itu, mengaku belum pernah mengikuti kejuaraan internasional sampai 2012.

Namun, setelah mengubah identitasnya, ia baru bisa tampil di level mancanegara dan memenangkan beberapa kejuaraan.

Pada regulasi olimpiade, aturan soal atlet transgender boleh berlaga telah diubah pada 2015.

Baca Juga: Kaum Transgender Ingin Diakui Secara Legal, Disdukcapil Yogyakarta Berusaha Berikan Pelayanan Sesuai Kodratnya 

Komite memutuskan, 'atlet yang beralih dari pria ke wanita dapat bersaing dalam kategori wanita tanpa memerlukan operasi untuk mengangkat testis mereka, asalkan kadar testosteron total mereka dalam serum di bawah 10 nanomol per liter, setidaknya selama 12 bulan terakhir.

Namun, Keputusan IOC itu juga dikecam. Karena, beberapa penelitian menunjukkan adanya keuntungan bagi atlet transgender.

Hal tersebut ditemukan oleh ilmuwan Emma Hilton dan Tommy Lundberg pada tahun lalu yakni menemukan bukti bahwa adanya keunggulan kinerja laki-laki dalam angkat besi mencapai 30% ketimbang perempuan.

Baca Juga: Pemerintah Florida Diprotes, Resmi Umumkan Larang Perempuan dan Transgender Ikuti Kegiatan Olahraga di Sekolah 

Penelitian mereka juga menunjukkan, ketika wanita transgender menekan testosteron selama 12 bulan terakhir, mereka hanya kehilangan massa tubuh tanpa lemak, area otot, dan kekuatan sekitar 5%.

Pesaing rival Hubbard pun mengetahui faktanya dan akhirnya mengkritik hal tersebut.

Salah satunya adalah Anna Vanbellinghen, atlet angkat besi kelas berat super yang berasal dari Belgia menyatakan, meski dia sepenuhnya mendukung transgender, keputusan IOC masih berat sebelah dalam hal persaingan olahraga itu sendiri.

"Siapa pun yang telah melatih angkat besi di tingkat tinggi, tahu benar ini dalam kondisi di tulang mereka: situasi khusus ini tidak adil untuk olahraga dan atlet itu sendiri," katanya.***

 

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x