PR BEKASI - Pengamat politik, Rocky Gerung, menyebut daerah Jakarta akan menjadi pusat dari kemewahan pendidikan di Indonesia.
Hal itu dinyatakan Rocky Gerung karena melihat keberadaan dari 10 sekolah terbaik di Indonesia, ada di kawasan DKI Jakarta sehingga memperlihatkan adanya ketimpangan.
"10 dari sekolah terbaik di Indonesia adanya di Jakarta. Itu menunjukkan adanya ketimpangan, dan menunjukkan komersialisasi," kata Rocky Gerung, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube PKS TV pada Senin, 15 Maret 2021.
Disampaikan olehnya jika memang ingin menagih konsekuensi dari paradigma yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, maka yang perlu dilakukan adalah meluruskan saja logikanya.
Baca Juga: Cek Fakta: Anies Dikabarkan Diam-diam Bantu HRS Bebas Pakai Dana Banjir, Simak Faktanya
Apabila ingin merdeka belajar, dengan menanggung konsekuensi dari merdeka belajar, yaitu menghilangkan mata kuliah dan pelajaran yang bersifat doktrin agar tujuan merdeka belajar dapat tercapai.
"Apalagi yang mesti dihilangkan, ya feodalisme yang mesti dihilangkan, ya itu saja kan," ujar Rocky Gerung.
Dia menyatakan untuk membuat pelajaran perlu lah mengulas dengan cara menghilangkan feodalisme, cara membatasi, atau membatalkan pelajaran-pelajaran doktriner.
"Itu nggak usah di UN-kan itu, itu adalah karakter, kalau mau karakter jangan dikomersialisasi, mana ada karakter diperoleh dengan membeli?" ucapnya.
Dia menyebut itu sebagai hal yang sebenarnya sederhana dan hanya bisa dilaksanakan jika ada konsistensi dalam berpikir dan keteguhan dalam mengambil sikap.
Baca Juga: Datangi Kediaman JK, AHY Diberikan Wejangan dan Dukungan Moril untuk Partai Demokrat
"Jangan dikit-dikit minta maaf itu juga sikap feodal minta maaf minta maaf, belum ada argumentasi udah minta maaf," kata Rocky Gerung.
Saat ditanya bagaimana dengan mata pelajaran agama, yang sebagai ilmu tertua juga berisi doktrin di dalamnya.
Rocky Gerung menjawab bahwa jangankan mata pelajaran agama yang memang berisi doktrin, mata pelajaran lain pun kerap kali dipaksakan kepada siswa untuk dimengerti.
Padahal, dia menilai, siswa diberikan masalah agar mereka mampu berpikir mencari solusi, bukan diisi kepalanya dengan doktrin, itu yang menjadi poin hal ini.
"Jadi saya ingin terangkan di situ, lakukan sesuatu dengan konsistensi, itu baru bisa kita sebut sebagai upaya untuk menghasilkan jalan baru di dalam peta yang mampet itu, peta yang udah buntu," urai dia.
Dipaparkan Rocky Gerung, jika ingin membuat peta maka harus menempuh jalan itu dengan penuh rasa konsekuensi.
Jika memang ternyata jalan itu bercabang, tetap harus ditempuh.
"Mau dia bercabang maka tempuh cabang itu, lebih baik kalau satu cabang yang penting ada daunnya, jangan banyak cabang tapi cabang kering. Jadi lagi-lagi kita butuhkan ide, uang banyak, APBN memanjakan Depdikbud tetapi idenya nol," kata Rocky Gerung.***