500.000 Akun Zoom Dijual di Situs Gelap oleh Peretas, Kejahatan Siber Masih Jadi Ancaman

6 Mei 2020, 13:00 WIB
Aplikasi Zoom /Antara

PIKIRAN RAKYAT - Belakangan ini kejahatan siber kembali menjadi perhatian publik setelah akun pengguna Tokopedia dikabarkan mengalami kebocoran.

Kejahatan siber juga masih menjadi ancaman bagi penggunanya. Pasalnya, teknologi yang semakin canggih, tak sebanding dengan tingkat keamanannya.

Banyak aplikasi yang tingkat keamanannya masih lemah. Hal ini terbukti salah satu aplikasi yang belakangan ini tengah naik daun yakni Zoom, juga diklaim telah mengalami kebocoran data.

Baca Juga: Kelaparan dan Tak Mampu Membeli Makanan, Ibu 8 Anak Memasak Batu

Keamanan penggunaan Zoom saat ini memang masih menjadi pertanyaan. Zoom bahkan sempat mengakui belum siap atas membludaknya penggunaan aplikasi mereka.

Menghadapi hal itu, Zoom baru-baru ini menyebut telah meningkatkan lapisan perlindungan dan keamanan pengguna.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Antara, kebocoran data Zoom sebelumnya pernah dilaporkan kali ini seorang peretas berbahasa Rusia dikabarkan telah menjual lebih dari setengah juta atau lebih dari 500.000 akun Zoom kepada pakar keamanan siber di dark web (situs gelap), menurut The Times.

Baca Juga: Kabar Baik, Premier League Berencana Tayangkan Sisa Musim ini Secara Gratis di YouTube

Data yang diunggah oleh para peretas tersebut antara lain berupa alamat email, kata sandi, tautan obrolan, dan juga pin untuk menggelar konferensi video.

Perusahaan keamanan siber Cyble membeli akun Zoom di dark web dari pengguna Telegram berbahasa Rusia. Sejumlah akun tersebut milik pelanggan Cyble, sehingga perusahaan dapat memverifikasi keasliannya.

Jumlah pengguna Zoom meningkat selama pandemi COVID-19 dan transisi besar-besaran oleh kantor dan sekolah seiring dengan penerapan bekerja dan belajar dari rumah guna memutus rantai penyebaran Virus Corona.

Baca Juga: Bukan Hanya Pandemi Corona, Kini AS Juga Waspadai Lebah Asia Pembunuh Manusia

Menurut Zoom, pada Desember 2019 sekitar 10 juta orang menggunakan Zoom dalam sehari, sementara pada Maret 2020, angka itu melonjak menjadi 200 juta orang.

Namun, pada awal April, The Washington Post melaporkan kebocoran ribuan rekaman video call Zoom.

Menanggapi hal ini, CEO Zoom Eric Yuan mengatakan bahwa layanan Zoom tidak siap untuk peningkatan tajam jumlah pengguna.

Baca Juga: Lakukan 20 Kali Operasi, Bibir Wanita Ini Jadi Terbesar di Dunia

Menurut laporan sebelumnya, jaringan peretas yang disponsori oleh kelompok Necurs dan kemungkinan beroperasi di Rusia, tersebut telah dihancurkan oleh Microsoft.

Divisi keamanan siber Microsoft bekerja melawan jaringan bot yang secara diam-diam mengirim spam ke komputer beberapa pengguna.

Komputer pengguna juga terinfeksi ransomware, yang menuntut tebusan untuk membuka kunci. Semua kejahatan tersebut diduga dilakukan oleh kelompok peretas Necrus.

Baca Juga: Jadwal Imsak dan Azan Magrib Bekasi Hari Ini Rabu, 6 Mei 2020

Zoom kini telah meningkatkan keamanannya, dan menambahkan sejumlah lapisan perlindungan yang diharap dapat mengatasi masalah sebelumnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler