4 Kelas Kecerdasan Buatan: Mesin Pemain Catur sampai Mesin yang Pahami Kepribadian

- 9 Februari 2020, 23:31 WIB
ILUSTRASI robot atau artificial intelligence.*
ILUSTRASI robot atau artificial intelligence.* /Pixabay/

PIKIRAN RAKYAT - Ketika berbicara tentang kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), biasanya yang pertama terpikirkan adalah mesin masa depan yang bisa berpikir dan bertindak sendiri.

Tanpa disadari, ternyata AI sudah ada dan bergerak bersama manusia bahkan sejak tahun 90an.

Mesin yang mengerti perintah verbal misal Alexa dan Google Assistant, membedakan struktur wajah (kamera ponsel pintar modern), dan bermain permainan elektronik secara mandiri (robot pemain catur) juga adalah AI.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat menyatakan bahwa dalam tahun-tahun ke depan, AI dapat mencapai dan bahkan melebihi kemampuan manusia dalam mengerjakan berbagai hal.

Baca Juga: Virus Corona Berikan Dampak Terhadap Industri Mobil Global 

Lebih jauh lagi, AI dapat digunakan untuk mengembangkan dirinya sendiri dan juga memahami bagaimana sistem pemikiran manusia bekerja.

Perkembangan AI yang semakin canggih memiliki empat kelas berdasarkan faktor pembangkitnya yaitu Mesin reaktif, memori terbatas, teori pikiran, dan kesadaran diri.

Mesin Reaktif

Mesin reaktif merupakan jenis AI pertama, AI yang paling mendasar.

AI reaktif hanya bisa memberikan reaksi dari rangsangan luar dan tidak dapat memiliki memori dan menggunakan pengalaman masa lalu dalam memutuskan tindakannya.

Baca Juga: Virus Corona Sudah Tewaskan 811 Orang, Warga Tiongkok Harus Kembali Bekerja 

Contoh termudah dari AI jenis pertama adalah Deep Blue, kecerdasan buatan dari IBM yang dapat bermain catur dan mengalahkan grandmaster catur internasional, Garry Kasparov, pada akhir 90-an.

Deep Blue memahami cara setiap pion catur bergerak dan mengerti aturan-aturan dalam catur.

AI Deep Blue juga memiliki kemampuan untuk memprediksi pergerakan musuhnya dan membuat gerakan balasan berdasarkan prediksi tersebut.

Sayangnya, Deep Blue tidak memiliki konsep dengan masa lalu maupun ingatan mengenai apa yang sudah terjadi.

Yang Deep Blue lakukan hanya menganalisis kejadian saat itu dan bertindak sesuai situasi tersebut. AI jenis ini tidak mampu melakukan hal yang tidak diprogram untuknya.

Baca Juga: Viral, Dinilai Hoaks, Postingan Banjir Jakarta dari TMC Polda Metro Jaya Tuai Banyak Kritikan 

Memori Terbatas

AI jenis kedua, AI dengan memori terbatas yang memiliki kemampuan untuk menyimpan memori mengenai masa lalu dan dapat bertindak berdasarkan memori tersebut.

Contohnya adalah mobil pintar yang dapat mengemudi sendiri.
Mobil tersebut dapat memperhatikan arah dan kecepatan mobil lainnya.

Hal tersebut tidak dapat dilakukan dalam satu waktu, namun dalam sejumlah waktu yang dapat diingatnya.

Ingatan tersebut dapat digunakan bersama program yang ada di dalam AI tersebut untuk meningkatkan kemampuan bertindaknya.

Baca Juga: Stabilisasi Harga Cabai dan Bawang, Kementan Lakukan Operasi di 22 Pasar di Jakarta 

Teori Pikiran

Mesin AI yang lebih canggih tidak hanya memahami dunianya, namun juga elemen-elemen yang menjadi bagian dari dunia tersebut.

Menurut psikologi, kemampuan memahami objek-objek di dunia dan mengerti bahwa pikiran dan emosi seseorang dapat memengaruhi tindakan mereka disebut sebagai teori pikiran.

Teori Pikiran adalah hal penting untuk manusia karena kita harus memahami pemikiran dan emosi orang lain untuk dapat berinteraksi sosial.

AI masa depan harus dapat mengerti hal-hal tersebut agar dapat menjadi bagian dari masyarakat.

Baca Juga: Hadiri Bogor Street Festival Cap Go Meh 2020, Ridwan Kamil: Jabar Wakili Keragaman Budaya Indonesia 

Kesadaran Diri

Langkah akhir dari evolusi AI adalah pemahaman terhadap diri sendiri atau kesadaran diri.Kesadaran diri merupakan perpanjangan dari teori pikiran.

Makhluk yang memiliki kesadaran diri akan berusaha mengerti pemikiran makhluk lainnya dan mencoba menghubungkannya terhadap apa yang dirinya sendiri pikirkan atau rasakan.

Makhluk dengan kesadaran diri paham bahwa dirinya “ada”, mengerti tentang keadaan dirinya sendiri dan dapat memprediksi perasaan makhluk lain.

Menciptakan AI dengan kesadaran diri merupakan tujuan yang masih sangat jauh. Upaya yang sekarang dapat dilakukan adalah mengembangkan AI dengan kemampuan mengingat dan belajar dari masa lalu.

Langkah ini penting bukan hanya untuk pengembangan AI, namun juga untuk lebih memahami kepintaran manusia.***

 

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x