Dinilai Bantu Dalam Pemulihan Ekonomi Pascapandemi, Peneliti: Kontribusi Perempuan Sangat Besar

1 Agustus 2020, 14:04 WIB
Ilsutrasi pekerja perempuan di masa pandemi covid-19. /Antara

PR BEKASI - Sejak merebaknya pandemi virus corona di Indonesia, sejumlah sektor mengalami dampak yang cukup nyata, termasuk sektor ekonomi. Tak sedikit tempat wisata, mal, pabrik tekstil, dan masih banyak tempat lainnya dipaksa untuk menutup sementara pengoperasiannya.

Seiring berjalannya waktu serta penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB), Pemerintah mulai membuka kembali beberapa sektor ekonomi yang semula terpaksa ditutup namun dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku.

Namun kembali dibukanya beberapa sektor ekonomi tidak menjamin bahwa perekonomian nasional dengan cepat kembali pulih seperti sebelum adanya pandemi virus corona.

Tak sedikit pihak memberikan tanggapannya perihal pemulihan ekonomi di Indonesia, termasuk juga dari Peneliti Center for Indonesian Policy Studies, Nadia Fairuza.

Baca Juga: Sering Sebut Covid-19 Sebagai Konspirasi Dunia, Pakar Kejiwaan Komentari Kondisi Jerinx 

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Sabtu 1 Agustus 2020, Nadia Fairuza mengatakan kontribusi perempuan sangat dibutuhkan dalam upaya memulihkan ekonomi di Indonesia setelah masa pandemi berlalu.

"Perempuan menjadi pihak yang terdampak secara tidak proporsional karena mereka tersebar di banyak kelompok rentan dan kelompok terdampak pandemi baik sebagai seorang tenaga kerja maupun sebagai seorang perempuan yang penghasilannya bergantung pada kepala keluarga," ucap Nadia Fairuza.

Kontribusi perempuan dalam pemulihan ekonomi nasional dapat tercapai, kata dia, harus dibarengi dengan memberikan akses kepada perempuan untuk bekerja di semua bida tanpa adanya pembatasan apa pun.

"Perempuan terwakili dalam jumlah besar di UMKM dan sektor informal. Lebih dari 50 persen UMKM di Indonesia dimiliki oleh perempuan. Akan tetapi, di masa pandemi seperti saat ini, keterwakilan dalam jumlah besar ini pun menjadikan mereka lebih rentan terkena dampak pandemi," ujarnya.

Baca Juga: Baru Dilantik Jokowi di Jakarta, Gubernur Kepulauan Riau Isdianto Dinyatakan Positif Covid-19 

Data Bank Dunia menunjukkan rendahnya partisipasi angkatan kerja perempuan Indonesia, yakni di angka 53,5 persen. Jumlah ini dinilai masih jauh apabila dibandingkan dengan partisipasi angkatan kerja laki-laki yang mencapai angka 81,82 persen.

"Partisipasi angkatan kerja perempuan Indonesia juga lebih rendah dengan rata-rata partisipasi angkatan kerja perempuan di Asia Timur dan Pasifik yakni sebesar 67,7 persen," katanya.

Dijelaskannya, perempuan yang sudah menikah dan perempuan yang memiliki anak usia dini menjadi angka partisipasi paling rendah.

Alasan paling konkrit rendahnya angka partisipasi perempuan, disebutkan dia, karena banyak perempuan yang meninggalkan pekerjaan demi mengurus keluarga, terutama setelah melahirkan.

Baca Juga: Sering Sebut Covid-19 Sebagai Konspirasi Dunia, Pakar Kejiwaan Komentari Kondisi Jerinx 

"Butuh adanya sinergi antarinstitusi. Sinergi ini dapat diwujudkan jika adanya kesepakatan atau peraturan yang memungkinkan semua institusi menyediakan fasilitas ramah gender yang mendukung karyawan perempuan dalam menjalankan pekerjaannya," ujar dia.

Selain itu solusi untuk meningkatkan partisipasi perempuan, katanya, dengan memberikan fasilitas mereka untuk mengakses layanan penitipan anak.

"Hal itu dinilai akan membantu perempuan untuk kembali ke pasar kerja dan berkontribusi pada ekonomi," kata Nadia Fairuza.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler