Inovasi frozen food ini turut dijalankan dengan strategi pemasaran digital. Sejak awal, Wieke mengaku sudah gencar mengoptimalkan platform digital untuk pesan antar melalui aplikasi ojek online, beberapa e-commerce, akun Instagram @tahupetisyudhistira hingga website www.tahupetis.com.
Sedangkan untuk outlet atau gerai fisik, selain menjadi tempat berjualan, justru lebih banyak melayani order pick-up layanan pesan antar.
“Alhamdulillah justru selama pandemi ada lonjakan pembeli. Omzet kami justru mengalami kenaikan yang cukup signifikan hingga 30%. Untuk gerai fisik kami justru bertambah," ucap Wieke.
"Sebelum pandemi 8 outlet, sekarang di masa pandemi jadi 10 outlet. Kami sekarang juga menambah divisi online marketing, karena aktivitas konsumen lebih banyak di online, jadi pemasaran fokus di digital,” sambungnya.
Baca Juga: Pelaku UMKM Asal Tasikmalaya Ikut Program Kemitraan Pertamina Incar Pasar Nasional
Di balik keberhasilan penjualan dan pemasaran produk, tantangan yang dirasakan Wieke selama menjalani bisnis di masa pandemi adalah tantangan manajerial.
Tantangan tersebut di antaranya bagaimana memantau dan mengedukasi karyawan agar patuh terhadap protokol kesehatan hingga mengelola biaya dan meningkatkan penjualan.
“Tantangan di masa pandemi lebih ke bagaimana mengatur tim yang ada. Edukasi untuk merubah pola hidup sehat, selalu patuh protokol kesehatan dimanapun, tidak hanya saat kerja tapi juga di luar jam kerja, dan mengingatkan bahwa tetap harus menjaga kesehatan diri masing-masing," ucap wanita 42 tahun itu.
"Selain itu tantangan cost management, karena pasti ada biaya-biaya yang keluar untuk antisipasi pandemi dan kebutuhan kesehatan,” kata Wieke.