Duh! Wall Street Ambles di Tengah Kekhawatiran Inflasi AS dan Ancaman Resesi

- 11 Juni 2022, 16:28 WIB
Wall Street mengalami kerugian mingguan terbesar sejak Januari 2022 usai adanya laporan inflasi AS.
Wall Street mengalami kerugian mingguan terbesar sejak Januari 2022 usai adanya laporan inflasi AS. /Pixabay/Gam-OI

PR BEKASI – Bursa saham Amerika Serikat (AS) rontok pada penutupan pasar Jumat, 10 Juni 2022. Wall Street bahkan menderita kerugian mingguan terbesar sejak Januari 2022.

Pelaku pasar merespons negatif laporan inflasi AS yang menyentuh 8,6 persen atau tertinggi dalam 41 tahun terakhir.

Data inflasi AS tersebut dikhawatirkan memicu kekhawatiran kenaikan suku bunga yang lebih agresif oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Bursa saham AS, Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 880 poin, atau 2,73 persen, menjadi 31.392,79.

Baca Juga: One Piece 1053: Terungkap Tujuan Shanks, Bajak Laut Akagami Incar Harta Karun di Mariejoa

Sementara itu S&P 500 (.SPX) kehilangan 116,96 poin, atau 2,91 persen, menjadi 3.900,86 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 414,20 poin, atau 3,52 persen, menjadi 11.340,02.

Bursa saham utama di AS tersebut mencatat persentase penurunan mingguan terbesar sejak pekan yang berakhir 21 Januari, dengan Dow turun 4,58%, S&P 500 turun 5,06% dan Nasdaq turun 5,60% untuk minggu ini.

Secara year to date, S&P 500 bahkan telah ambles 18,2%.

Koreksi harga saham teknologi dengan kapitalisasi besar mendorong pelemahan yang dalam di bursa saham AS, S&P 500. Antara lain Microsoft Corp (MSFT.O), Amazon.com Inc (AMZN.O) dan Apple Inc (AAPL.O).

Baca Juga: Idap Sindrom Ramsay Hunt dan Batalkan Tur di Beberapa Kota, Justin Bieber: Ini Cukup Serius

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, arus kas perusahaan-perusahaan teknologi tersebut diperkirakan bakal terpengaruh jika The Fed mengerek suku bunga.

Menyusul laporan inflasi, imbal hasil Treasury AS untuk tenor dua tahun, yang sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga, melonjak menjadi 3,057%, tertinggi sejak Juni 2008.

Adapun imbal hasil Treasury AS untuk tenor 10 tahun mencapai 3,178%, tertinggi sejak 9 Mei.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) meningkat 1,0% bulan lalu setelah naik 0,3% pada bulan April.

Secara tahunan, CPI melonjak 8,6%, kenaikan terbesar sejak 1981 menyusul lonjakan 8,3% di bulan Mei.

Baca Juga: Update Corona Indonesia per Sabtu 11 Juni 2022: Ada Tambahan Kasus Covid-19 Baru Sebanyak 574 Orang Hari ini

Laporan-laporan ekonomi tersebut membuat pasar saham AS bergejolak, dimana pelaku saham beramai-ramai melepas aset mereka di bursa saham karena kekhawatiran kenaikan suku bunga dan kemungkinan resesi.

Laporan inflasi ini diterbitkan menjelang proyeksi kenaikan suku bunga 50 basis poin kedua oleh The Fed pada hari Rabu mendatang.

Kenaikan suku bunga lanjutan diperkirakan bakal terjadi pada bulan Juli, dengan peluang kuat untuk aksi serupa di bulan September.

Satu kekhawatiran adalah bahwa dorongan agresif yang lebih tinggi pada suku bunga oleh Fed dapat mengirim ekonomi ke dalam resesi.***

Editor: Nopsi Marga

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x