Pesan Tersembunyi di Exhuma, Dianggap Film Okultisme Anti Jepang

3 Maret 2024, 10:50 WIB
Exhuma dianggap memiliki pesan tersembunyi di dalamnya dan disebut film okultisme anti Jepang. /Soompi

PATRIOT BEKASI - Film horor asal Korea Selatan Exhuma tercatat mendapat satu juta penonton hanya dalam tiga hari setelah peluncuran di negara asalnya.

Di sisi lain, netizen di Korea Selatan menganggap Exhuma ini menyimpan gerakan kemerdekaan yang tersembuyi di dalamnya, dan beberapa orang menafsirkannya sebagai 'film okultisme anti Jepang'.

Sebagai informasi, Exhuma merupakan film tentang kejadian aneh yang menimpa seorang geomancer, pengurus pemakaman, dan dukun yang menerima sejumlah besar uang untuk memindahkan makam yang mencurigakan.

Film ini disutradarai oleh Jang Jae Hyeon, yang juga menyutradarai 'Black Priests' dan 'Sabaha', dan film ini dibagi menjadi babak pertama dan babak kedua.

Baca Juga: Memukau sebagai Dukun di Exhuma, Kim Go Eun Sukses Curi Perhatian Penonton

Paruh pertama Exhuma mengungkap misteri okultisme yang khas, paruh kedua adalah kisah tentang 'hal-hal berbahaya' yang terkait dengan sejarah Semenanjung Korea.

Belakangan ini, muncul topik hangat di dunia maya bahwa nama tokoh utama film tersebut sama dengan nama aktivis kemerdekaan yakni Sang Deok.

Dia merupakan seorang ahli feng shui yang diperankan oleh Choi Min Sik, memiliki nama yang sama dengan Kim Sang Deok, seorang aktivis kemerdekaan yang menjabat sebagai anggota Dewan Negara Pemerintahan Sementara.

Kemudian nama dukun yang diperankan Kim Go Eun adalah ‘Hwarim’. Ada seorang aktivis perempuan anti-Jepang dengan nama yang sama, Lee Hwa Rim.

Dalam sejarahnya, Lee Hwa Rim bergabung dengan Korps Patriotik Korea selama masa kolonial Jepang dan kemudian pindah ke Tentara Relawan Joseon.

Selanjutnya Bong Gil yang diperankan Lee Do Hyeon, membuat netizen teringat dengan Dr. Yoon Bong Gil yang melemparkan bom pada upacara perayaan kemenangan militer Jepang di Taman Hongkou di Shanghai, menewaskan atau melukai tokoh-tokoh penting di militer dan pemerintahan Jepang.

Karakter lainnya yaitu Young Geun diperankan Yoo Hae Jin, mengingatkan pada Go Young Geun, yang membunuh Woo Beom Seon, yang membunuh Ratu Min dari mendiang Dinasti Joseon, di Jepang.

Selain itu, nama kuil yang muncul di film tersebut adalah ‘Kuil Boguksa’ yang artinya melindungi negara. Nama Buddha dari biksu yang menciptakan kuil ini adalah ‘Wonbong.’

Penonton menghubungkan hal ini dengan Kim Won Bong, pemimpin kelompok Uiyeol. Papan nama tempat pengurus Young Geun bekerja adalah ‘Uiyeol Undertaker.’

Lebih lanjut, penonton juga memperhatikan bahwa nomor mobil dalam film tersebut adalah '1945', '0301' dan '0815'. Ada spekulasi bahwa ini mengacu pada angka-angka yang memiliki arti penting terkait kemerdekaan, seperti tahun pembebasan dari pemerintahan kolonial Jepang, masing-masing tanggal 1 Maret, dan Hari Pembebasan.

Dalam drama tersebut, Sang Deok, seorang ahli feng shui, melemparkan koin 100 won ke dalam kuburan. Ketika seorang feng shui mengeluarkan peti mati dan memindahkannya, lalu melempar koin itu merupakan tindakan yang memiliki arti.

Netizen menafsirkan ini sebagai adegan penuh makna di mana mereka melemparkan koin 100 won dengan ukiran Laksamana Yi Sun Sin di atasnya.

Sutradara Jang Jae Hyun mengatakan beberapa kesamaan ini di antaranya tidak disengaja. “Kenyataannya, praktisi feng shui biasanya melempar uang kertas 10 won, tapi uang tersebut mirip dengan warna bumi, jadi sulit dilihat,” katanya.

Dia menyatakan tidak dapat membuat adegan itu memakai uang 500 Won atau uang kertas, sehingga memilih 100 Won.

Mengenai plat nomornya, dia berkata, “Sepertinya tim seni berusaha keras untuk itu.” Namun, dia tidak membenarkan atau menyangkal apakah nama karakter tersebut memang disengaja, dengan mengatakan, “Saya tidak akan berkomentar.”

“Ada perasaan yang saya rasakan setelah menyaksikan makam dipindahkan puluhan kali untuk memberi jalan bagi penggalian. Itu adalah perasaan ingin memunculkan sesuatu yang salah dari masa lalu dan menghapusnya sepenuhnya,” sambungnya.

Dia menyampaikan, ketika dirinya melihat kembali negara Korea Selatan, tanah yang menjadi tempat tinggalnya dan masa lalunya, ada banyak luka dan trauma di sana.

“Saya ingin merobeknya seperti mencabut kapalan dari kuku kaki," ujar dia.***

Editor: M Hafni Ali

Tags

Terkini

Terpopuler