Dinilainya, kesalahan yang dia perbuat cukup membuat seorang perempuan merasa malu, dan ada efek-efek tertentu yang dihasilkan.
"Saya ngumpet di rumah, saya lari dari kenyataan. Tapi saya berpikir QQ sudah mulai besar kan, mulai mempertanyakan siapa ayahnya," ucapnya.
"Saya pikir, saya tidak mau hidup seperti ini, saya mau hidup bertanggung jawab terhadap pemilik hidup saya. Bagaimana cara saya berbenah diri, saya merenung, akhirnya saya maju lah," ujarnya.
Dia membeberkan bahwa trigger untuk maju membawa kasus ini karena sang anak. Selain itu, dia juga mempunyai tanggung jawab sebagai seorang ibu.
"Tidak ada manusia manapun yang lahir dari batu kan, mba? Semua dari rahim ibu, saya harus berjuang buat status anak saya walaupun dia hadir di dunia karena kesalahan," katanya.
Menurut Wenny Ariani sang anak lahir karena kehendak Tuhan dan tidak menanggung kesalahan orang tua. Dia juga menyatakan negara wajib melindungi anaknya tanpa melihat kesalahan dari orang tuanya.***