Kondisi Otak Anak-Anak Penderita Binge Eating Disorder, Berisiko Obesitas hingga Bunuh Diri

20 Maret 2022, 07:32 WIB
Ilustrasi anak-anak. /Pixabay/1103997

PR BEKASI - Gangguan pesta makan atau Binge Eating Disorder merupakan gangguan makan makanan dalam jumlah besar dan rasa tidak memiliki kendali atas perilaku.

Binge Eating Disorder menunjukkan adanya perkembangan abnormal di pusat otak yang dapat menghambat rasa menghargai terhadap makanan.

Stuart Murray, direktur Program Eating Disorder mengungkapkan adanya kelainan dalam otak pada anak-anak penderita Binge Eating Disorder.

Baca Juga: Jadwal Live Race MotoGP Mandalika 2022 Hari Ini, Minggu 20 Maret 2022: Mario Aji Berada di Barisan Depan

"Pada anak-anak dengan gangguan makan berlebihan, kami melihat kelainan dalam perkembangan otak di daerah otak yang secara khusus terkait dengan penghargaan dan impulsif, atau kemampuan untuk menghambat penghargaan," kata Stuart Murray.

Dia menyatakan bahwa Binge Eating Disorder pada anak-anak ada hubungannya dengan kadar gula dan lemak.

“Anak-anak ini memiliki kepekaan penghargaan yang sangat, sangat tinggi, terutama terhadap makanan padat kalori dan tinggi gula. Temuan ini menggarisbawahi fakta bahwa ini bukan kurangnya disiplin untuk anak-anak ini," ujarnya.

Baca Juga: Misteri One Piece 1044: Zunisha Pemilik Tengkorak di Onigashima, Ternyata Dia Oars Pertama

Masa pandemi Covid-19 juga memberikan pengaruh pada peningkatan gangguan makan atau eating disorder di kalangan anak muda.

Binge Eating Disorder menempatkan orang pada risiko obesitas, sindrom metabolik, fungsi jantung abnormal, dan pikiran untuk bunuh diri.

Tindakan pengobatan diperlukan untuk mengurangi frekuensi episode pesta makan dengan menghilangkan makanan pemicu.

Baca Juga: Penembakan di Paris, Seorang Mantan Atlet Rugby Jadi Korban Tewas

Menurut Murray, pengobatan dengan obat-obatan dan terapi bicara hanya efektif sekitar separuh waktu.

Murray dan rekan-rekannya menganalisis sebanyak 71 anak dengan Binge Eating Disorder dan 74 anak-anak tanpa gangguan pesta makan.

Dilansir PikiranRakyat-Bekasi.com dari Neuroscience News, pada Selasa, 15 Maret 2022, riset ini merupakan bagian dari studi longitudinal besar yang disebut Adolescent Brain and Cognitive Development Study.

Baca Juga: 4 Karakter yang Tidak Bisa Dikalahkan Chopper, Nami Salah Satunya

Studi tersebut mencakup data 11.875 anak usia 9-10 tahun yang terdaftar pada 2016-2018 dan direkrut dari 21 situs di seluruh Amerika Serikat.

Murray mengatakan tindakan pengobatan sebaiknya dilakukan sejak usia anak-anak.

"Pertanyaan yang tidak kami ketahui, yang akan kami bahas pada waktunya, adalah apakah pengobatan yang berhasil untuk gangguan makan berlebihan pada anak-anak membantu memperbaiki perkembangan otak. Prognosis hampir semua penyakit kejiwaan lebih baik jika Anda dapat mengobatinya di masa kanak-kanak," ungkapnya.***

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: Neuro news

Tags

Terkini

Terpopuler