Peneliti Sebut Paru-paru Pasien Covid-19 Membaik pada Minggu ke-12, Kerusakan Berkurang 56 Persen

7 September 2020, 11:47 WIB
ILUSTRASI organ paru-paru manusia.* /Pixabay/

 

PR BEKASI – Penelitian terbaru menyebutkan bahwa pasien Covid-19 dapat menderita kerusakan paru-paru dan jantung dalam jangka panjang.

Namun, bagi sebagian besar pasien kerusakan tersebut cenderung membaik dari waktu ke waktu.

Dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Independent, para peneliti di kawasan Tyrolean, Austria, merekrut para pasien virus corona yang diopname.

Dalam Kongres Internasional Lembaga Pernapasan Eropa yang diadakan pada Senin, 7 September 2020, mereka melaporkan pasien pertama yang didaftarkan antara 29 April dan 9 Juni sebanyak 86 pasien.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Meningkat di Bekasi, Wakil Wali Kota Nyatakan Tidak Ada Jam Malam

Para pasien dijadwalkan untuk kembali melakukan evaluasi 6, 12, dan 24 minggu setelah dibebaskan, hal tersebut merupakan tindak lanjut pertama dari orang-orang yang terinfeksi oleh virus corona.

Dalam jangka waktu tersebut, para pasien akan melakukan pemeriksaan klinis, uji laboratorium, analisis jumah oksigen dan karbon dioksida dalam darah arteri, dan tes fungsi paru-paru.

Pada waktu kunjungan pertama mereka, lebih dari setengah pasien mengalami setidaknya satu gejala yang berkepanjangan.

Baca Juga: Pemimpin Hamas dan Hizbullah Bertemu, Bahas Hubungan Arab-Israel dan Isu Palestina

Sebagian besar gejalanya adalah kesulitan bernafas dan batuk, hasil CT scan juga masih menunjukkan kerusakan paru-paru pada 88 persen pasien.

Tapi pada kunjungan berikutnya, 12 minggu setelah dibebaskan, gejala-gejala tersebut membaik dan kerusakan paru-paru berkurang menjadi 56 persen.

Sebanyak 56 pasien (65 persen) menunjukan gejala yang terus menerus pada saat kunjungan mereka untuk minggu keenam.

Baca Juga: Cek Fakta: Ridwan Saidi Raih Penghargaan dari Jokowi

Kesulitan bernafas adalah gejala yang paling umum (40 pasien, 47 persen), yang diikuti oleh batuk (13 pasien, 15 persen).

Dalam kunjungan mereka pada minggu keduabelas, gejala kesulitan bernafas telah membaik dan hal tersebut terjadi pada 31 pasien (39 persen), tetapi 13 pasien (15 persen) lainnya masih mengalami gejala batuk.

Pada tahap ini, masih terlalu cepat untuk mendapatkan hasil dari evaluasi yang dilakukan selama 24 minggu.

Baca Juga: Menikah di Masa Pandemi, Kemenko PMK Adakan Bimbingan Perkawinan dan Ekonomi secara Daring

“Berita buruknya adalah bahwa orang menunjukkan kerusakan paru-paru akibat Covid-19 satu minggu setelah dibebaskan, kabar baiknya adalah bahwa gangguan tersebut cenderung membaik seiring berjalannya waktu,” tutur Sabrina Sahanic, seorang mahasiswa PhD klinis di Universitas Klinik di Innsbruck dan bagian dari tim penelitian.

“Hal tersebut memperlihatkan bahwa paru-paru memiliki mekanisme untuk memperbaiki diri,” ucapnya menambahkan.

Pada kunjungan selama enam minggu, echocardiogram memperlihatkan bahwa 48 pasien (58.5 persen) mengalami disfungsi jantung kiri sewaktu jantung mengendur dan melebar (diastole).

Baca Juga: Laksanakan Pemilihan Ketua Baru, PPI Diminta Perkuat Peran sebagai Bagian dari Diplomasi

Indikator biologis pada kerusakan jantung, pembekuan darah, dan peradangan, semuanya mengalami peningkatan drastis.

“Untungnya, di kesatuan Innsbruck, kami tidak mengamati adanya disfungsi jantung di fase yang pasca-akut yang berhubungan dengan virus corona, disfungsi diastolik yang kami amati juga cenderung membaik seiring berjalannya waktu,” ucap Sabrina.

Sementara itu, presentasi terpisah dalam kongres tersebut mengatakan bahwa semakin cepat pasien Covid-19 memulai program rehabilitasi paru-paru setelah mengeluarkan ventilator, maka semakin baik dan cepat pemulihan mereka.

Baca Juga: Masih Terdampar di India, 69 Nelayan Indonesia Minta Bantuan Pemerintah Indonesia

Yara Al Chikhanie, seorang mahasiswa PhD di klinik Dieulefit Sante untuk rehabilitasi paru-paru dan laboratorium Hp2 di Universitas Grenoble Alps di Prancis, menggunakan tes berjalan untuk mengevaluasi kemajuan mingguan dari 19 pasien.

19 pasien tersebut rata-rata telah menghabiskan waktu tiga minggu dalam perawatan intensif dan dua minggu dalam lingkungan paru-paru sebelum dipindahkan ke klinik untuk rehabilitasi paru-paru.

“Hal terpenting adalah menemukan bahwa para pasien yang dirawat di pusat rehabilitasi paru-paru tidak lama setelah meninggalkan perawatan intensif, menunjukkan kemajuan yang lebih cepat daripada mereka yang menghabiskan waktu lebih lama di ruang perawatan paru-paru di mana mereka tetap tidak aktif,” tutur Yara.

Baca Juga: Fakta Atau Hoaks: Benarkah Aplikasi TikTok Sebenarnya Milik PKI?

Dia mengungkapkan bahwa semakin cepat rehabilitasi dimulai dan semakin lama hal tersebut berlangsung, maka semakin cepat dan semakin baik perkembangan pada kemampuan berjalan, kapasitas bernafas, dan peningkatan otot dari pasien.

“Pasien yang memulai rehabilitasi di minggu setelah mereka melepaskan ventilator, mengalami peningkatan lebih cepat dari mereka yang melakukannya setelah dua minggu. Tapi seberapa cepat mereka dapat memulai rehabilitasi tergantung dari hasil pemeriksaan medis pasien yang dinyatakan stabil oleh dokter,” kata Yara.

“Terlepas dari kemajuan yang signifikan, rata-rata periode tiga minggu dalam rehabilitasi tidaklah cukup bagi mereka untuk pulih sepenuhnya,” ucap Yara menambahkan.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Independent

Tags

Terkini

Terpopuler