Ilmuwan Sebut Orang yang Enggan Pakai Masker di Keramaian Mungkin Punya Gangguan Kepribadian

31 Oktober 2020, 08:20 WIB
Ilustrasi masker. /Pixabay/Jordy_Nijenhuis/

PR BEKASI – Selama pandemi Covid-19, masih ada saja orang yang menolak mengenakan masker karena berbagai alasan, mulai dari tak nyaman atau mengganggu mobilitas mereka.

Padahal penggunaan masker sangat dianjurkan untuk memutus penyebaran Covid-19 yang telah menimbulkan ribuan korban jiwa di seluruh di dunia.

Dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Independent, menurut studi dari Brasil, mereka yang anti-masker saat berada di ruang publik mungkin memiliki hubungan dengan gangguan kepribadian antisosial.

Baca Juga: Unggahannya Dinilai Promosikan Pembantaian, Mahathir Keluhkan Salah Tafsir Facebook dan Twitter

Temuan ini didapat setelah para ilmuwan melakukan survei pada lebih dari 1.500 orang dalam kelompok usia 18-73 tahun.

Melalui kuesioner mereka bertanya tentang kepatuhan para partisipan terhadap tindakan pencegahan Covid-19, termasuk memakai masker.

Hasilnya, ilmuwan menemukan ada dua pola yakni profil antisosial atau resisten terhadap tindakan keamanan dan profil empati atau patuh.

Baca Juga: Pergerakan Lempeng Afrika ke Utara Penyebab Gempa Berkekuatan 7.0 SR Goncang Turki

Profil antisosial mendapat skor lebih tinggi dalam pertanyaan kepribadian terkait dengan tidak berperasaan, tipu daya, permusuhan, impulsif, tidak bertanggung jawab, manipulatif, dan pengambilan risiko.

Semua ini merupakan ciri khas dari gangguan kepribadian antisosial (ASPD). Mereka juga mendapat nilai lebih rendah dalam resonansi afektif.

Sementara, mereka yang tergolong masuk profil empati memiliki skor yang lebih tinggi dalam resonansi afektif dan skor yang lebih rendah pada sifat-sifat yang terkait dengan ASPD.

Baca Juga: Ribuan Muslim di Berbagai Negara Lakukan Aksi Protes, Prancis Tingkatkan Siaga Keamanan Tertinggi

Tim peneliti berharap temuan tersebut akan membantu membujuk pejabat kesehatan untuk berbuat lebih banyak untuk mendidik masyarakat dan mempengaruhi kebijakan mereka.

"Melalui pemeriksaan yang menunjukkan peningkatan pada ciri-ciri (ASPD) ini, intervensi dapat dilakukan dengan tujuan pada kesadaran yang lebih besar dan kepatuhan konsekuen dengan tindakan penahanan,” kata mereka. 

Selain menggunakan masker, masyarakat diimbau untuk melakukan physical distancing, serta rajin mencuci tangan dengan air mengalir atau hand sanitizer.

Baca Juga: Buntut Pernyataan Islamofobia Emmanuel Macron, Umat Islam di Dunia Bersatu Turun ke Jalan

Diketahui ketiga cara ini dapat menekan penyebaran covid-19 yang mudah menyebar di kerumunan.

Bahkan peneliti asal Amerika Serikat, mengklaim bahwa vaksin yang selama ini dinantikan banyak orang untuk menyelamatkan diri dari Covid-19 ternyata disebut tak lebih efektif ketimbang masker, ungkap Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), Robert Redfield.

"Saya sejauh ini mengatakan masker lebih menjamin melindungiku dari Covid-19 dibandingkan mendapatkan vaksin Covid-19," kata Redfield seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari  Mother Jones

Baca Juga: Turki-Yunani Diguncang Gempa Besar, Sejumah Bangunan Runtuh dan Puluhan Orang Dilaporkan Tewas

Dia mengatakan, masker menjadi alat kesehatan terpenting saat ini. Saat ini, sudah banyak penelitian yang mendukung efektifnya mengenakan masker untuk mencegah penularan Covid-19.

Satu studi dalam jurnal BMJ Global Health menemukan penggunaan masker di rumah tangga masyarakat Beijing berhubungan dengan lebih sedikitnya penyebaran Covid-19.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: The Independent

Tags

Terkini

Terpopuler