Pengukuran saturasi oksigen dilakukan untuk mendeteksi bila terjadi hypoxia atau kondisi tubuh kekurangan oksigen yang bisa dialami pasien Covid-19.
Dikutip dari laman WebMD, tanpa oksigen, organ-organ tubuh seperti otak, hati, dan lainnya bisa rusak hanya dalam beberapa menit usai gejala dimulai.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan perubahan warna kulit yang menjadi biru atau merah ceri, pasien mengalami kebingungan, batuk, detak jantung cepat, napas cepat, bekeringat dingin, sesak napas, dan mengi.
Tetapi, tak semua pasien Covid-19 merasakan gejala atau keluhan ini, padahal kadar oksigen dalam darahnya sangat rendah.
Baca Juga: Media Asing Soroti Darurat Covid-19 Indonesia, Puluhan Pasien Meninggal di Tengah Kelangkaan Oksigen
Ada kasus saat pasien merasa baik-baik saja padahal angka saturasi oksigennya di bawah rentang normal yakni 95-100 persen atau disebut happy hypoxia.
Di sisi lain, ada kondisi yang bisa mempengaruhi angka saturasi oksigen, salah satunya gambaran pneumonia di paru-paru.
Kondisi ini biasanya akan menurunkan angka saturasi oksigen. Oleh karena itu, sebelum pasien melakukan isolasi mandiri, sebaiknya lakukan dulu rontgen dada (foto x-ray).
"Kalau normal tidak ada tanda pneumonia viral barulah isolasi mandiri. Lebih baik lagi kalau dokter yang memutuskan boleh isolasi mandiri," kata dia.
Baca Juga: Penuhi Kebutuhan Oksigen di Rumah Sakit, Pemprov DKI Jakarta Sediakan Posko Isi Ulang di Monas