Network
PR BEKASI - Beberapa hari yang lalu masyarakat Indonesia dihebohkan dengan panic buying salah satu produk susu steril yang diyakini sebagai obat Covid-19.
Namun ternyata tak hanya itu, baru-baru ini kelapa hijau juga diborong oleh masyarakat Indonesia yang diyakini pula bisa sebagai pengobatan Covid-19.
Menanggapi fenomena tersebut, Dokter Decsa Medika Hertanto, SpPD, seorang dokter spesialis penyakit dalam melalui akun Instagram @dokterdecsa membagikan sebuah informasi mengenai kelapa hijau, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Kamis, 8 Juli 2021.
Kelapa hijau memang memiliki banyak manfaatnya, akan tetapi belum ada penelitian resmi yang menyebutkan bahwa kelapa muda dapat mengobati Covid-19.
Baca Juga: Aksi Dokter Gadungan Terbongkar Setelah 16 Hari Berada di Pusat Vaksinasi di Malaysia
Opini yang tidak berdasarkan ilmu dan ahli dikhawatirkan justru dapat merugikan masyarakat terkait pengobatan Covid-19.
Kandungan yang terdapat dalam kelapa hijau dalam 100cc yaitu:
- Protein - Carbs 4 gram
- Elektrolit (natrium, kalium, magnesium, fosfor, manganese)
- Zat besi
Manfaat dari air kelapa hijau sendiri memiliki kandungan yang mirip dengan komposisi cairan tubuh.
Sehingga, inilah yang membuat air kelapa hijau dapat digunakan untuk mengganti cairan yang hilang pada saat dehidrasi.
Baca Juga: Dokter dari AS Soroti Aksi Penyemprotan Desinfektan di Indonesia: Buang-buang Uang dan Waktu
Selain itu, sebagian orang saat mengalami diare ringan, mereka akan minum air kelapa untuk menggantikan cairan yang hilang pada saat diare.
Hingga saat ini penelitian mengenai air kepala hijau yang dapat digunakan sebagai pengobatan Covid-19 belum ada. Jadi, penelitian mengenai hal tersebut saat ini belum tepat, perlu penelitian lebih lanjut.
Bagi penderita ginjal, juga harus berhati-hati dalam mengonsumsi air kelapa hijau. Seperti yang diketahui, dalam air kelapa kandungan kaliumnya sangat tinggi.
Sehingga jika dikonsumsi oleh penderita ginjal dapat meningkatkan kalium dan menyebabkan terjadinya aritmia (gangguan irama jantung) dan yang terburuk adalah henti jantung.
Jadi, kita tidak boleh terlalu percaya begitu saja dengan informasi yang beredar saat ini. Kita harus extra mencari informasi yang lebih valid lagi.***
