Kenali 9 Gejala Virus Marburg, Penyakit Mematikan yang Muncul di Afrika

- 14 Agustus 2021, 10:07 WIB
Ilustrasi virus Marburg. Virus Marburg yang baru-baru ini mewabah di Afrika mempunyai beberapa gejala terhadap para penderitanya.
Ilustrasi virus Marburg. Virus Marburg yang baru-baru ini mewabah di Afrika mempunyai beberapa gejala terhadap para penderitanya. /MSN

PR BEKASI – Belum usai pandemi Covid-19 yang telah melanda selama 1.5 tahun, masyarakat di seluruh dunia kali ini dihebohkan dengan kemunculan virus Marburg.

Kemunculan virus Marburg tersebut membuat banyak masyarakat khawatir hingga mencari informasi terkait informasi penularan, gejala, dan pengobatan bila terpapar virus Marburg.

Baru-baru ini, virus Marburg telah menewaskan seorang pria di negara Guinea yang terletak di Afrika Barat.

Selain itu, virus mematikan tersebut juga telah membuat kurang lebih 100 warga Guinea dikirim ke pusat karantina untuk melakukan isolasi akibat terpapar virus tersebut.

Baca Juga: Virus Marburg Merebak di Afrika Selatan, Lebih Mematikan dari Covid-19 dan Ebola?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Virus Marburg adalah penyakit yang sangat menular.

Para ahli pertama kali menemukan penyakit virus Marburg setelah dua wabah besar di Jerman dan Serbia pada tahun 1967.

Kasus-kasus di negara-negara ini dihasilkan dari pekerjaan laboratorium yang dilakukan dengan monyet terinfeksi yang diimpor dari Uganda.

Kemudian laporan wabah dan kasus tunggal penyebaran virus Marburg lainnya muncul di seluruh Afrika.

Baca Juga: Baru Terlepas dari Wabah Ebola, Guinea Dilanda Wabah Virus Baru Mematikan Selain Covid-19

Manusia biasanya terpapar penyakit ini akibat lama bekerja di dalam tambang atau gua yang merupakan tempat tinggal kelelawar rousette Mesir.

Kelelawar ini adalah inang alami virus Marburg yang diketahui masih bagian dari keluarga virus Ebola.

Virus Marburg menyebar dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan darah, organ, sekresi, atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi.

Beberapa benda yang terbuat dari kain (seperti pakaian atau tempat tidur) dapat mengandung cairan yang terinfeksi, dan menyentuhnya juga dapat menyebarkan virus.

Masa inkubasi virus Marburg biasanya datang secara tiba-tiba, yang mengacu pada lamanya waktu dari infeksi hingga saat orang yang terpapar pertama kali merasakan gejala bisa berkisar antara dua hingga 21 hari.

Baca Juga: Virus Marburg Merebak di Afrika Selatan, Lebih Mematikan dari Covid-19 dan Ebola?

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari WebMD pada Sbtu, 14 Agustus 2021, berikut berbagai gejala yang dirasakan oleh orang yang terpapar virus Marburg adalah sebagai berikut:

1. Demam tinggi,

2. Sakit kepala parah,

3. Malaise yang intens atau perasaan sakit secara umum,

4. Sakit dan nyeri otot,

5. Diare berair yang parah (biasanya pada hari ketiga, berlangsung sampai seminggu setelah gejala muncul),

Baca Juga: Di Tengah Perang Lawan Corona, Ebola Jenis Baru Dilaporkan Kembali Muncul di Kongo

6. Sakit perut dan kram (biasanya pada hari ketiga setelah gejala muncul),

7. Mual dan muntah (biasanya pada hari ketiga setelah gejala muncul),

8. Muka seperti hantu (tatapan mata kosong, wajah tanpa ekspresi),

9. Kelelahan parah.

Penderita virus Marburg kemungkinan akan mengalami pendarahan hebat antara lima hingga tujuh hari sejak timbulnya gejala virus Marburg.

Darah mungkin muncul dari mulut saat muntah, lubang anus saat buang air besar, serta dapat berdarah dari hidung, gusi, atau vagina.

Para penderita juga bisa berdarah dari port IV, atau intravena. Selama periode yang intens ini, penderita virus Marburg mungkin mengalami demam tinggi yang menyebabkan kebingungan, agresi, dan lekas marah.

Baca Juga: Bucin, Pria Afrika Nekat Menyamar Jadi Perempuan Demi Ikut Ujian Sekolah Sebagai Pacarnya

Dalam kasus yang fatal, kehilangan banyak darah dan syok biasanya menyebabkan kematian sekitar delapan hingga sembilan hari setelah gejala pertama muncul.

Sekitar setengah dari orang yang terkena virus Marburg meninggal, tetapi ini bervariasi pada wabah sebelumnya berdasarkan jenis virus dan seberapa baik para ahli mengelola penyakitnya.

Sampai artikel ini dibuat, para ahli diketahui masih belum menemukan obat dan vaksin yang dapat menyembuhkan virus tersebut.

Meskipun penyakit ini hampir sama dengan Ebola, namun vaksin Ebola tidak dapat bekerja bila diberikan kepada penderita virus Marburg.

Terapi perawatan suportif sering meningkatkan kelangsungan hidup. Ini termasuk rehidrasi dengan cairan oral atau IV dan pengobatan gejala tertentu.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: WEB MD


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah