Mengenal Insomnia Komorbid dan Sleep Apnea, Gangguan Tidur yang Ternyata Mematikan

- 17 Desember 2021, 08:24 WIB
5 Tips Cara Mengatasi Insomnia yang Jarang Orang-Orang Ketahui
5 Tips Cara Mengatasi Insomnia yang Jarang Orang-Orang Ketahui /Sammy-Sander/Pixabay/

PR BEKASI - Gangguan insomnia komorbid dan sleep apnea pada manusia sangat rentan dengan resiko kematian.

Insomnia komorbid dan sleep apnea memungkinkan seseorang lebih mudah menderita masalah jantung dan hampir 50 persen berisiko meninggal.

Dampak dari insomnia comorbid atau Co-morbid Insomnia and Obstructive Sleep Apnea (COMISA) menimbulkan kesehatan yang lebih buruk daripada yang tidak memiliki gangguan tersebut.

Baca Juga: Ahli Fengsui, Cermin Menghadap Tempat Tidur Bisa Picu Mimpi Buruk dan Insomnia

“Insomnia komorbid dan sleep apnea obstruktif adalah dua gangguan tidur yang paling umum, mempengaruhi 10 hingga 30% populasi, tetapi orang sering dapat menderita keduanya secara bersamaan,” kata Dr Bastien Lechat dari Universitas Flinders, Australia.

Menurut European Respiratory Journal menunjukkan bahwa wanita usia 60 tahun sebanyak 1.210 orang meninggal akibat Insomnia komorbid dan sleep apnea.

Penderita COMISA memicu tekanan darah lebih tinggi dan kemungkinannya 70% lebih mudah terkena kardiovaskuler.

Baca Juga: 7 Cara Atasi Insomnia, Berjemur hingga Makan Makanan Ringan di Malam Hari

Hal serupa juga diungkap oleh Dr. Lechat yang menunjukkan bahwa 47% penderita COMISA memiliki peningkatan resiko kematian.

Meskipun kematian manusia disebabkan oleh banyak faktor, namun gangguan ini juga patut menjadi hal yang diperhitungkan.

"Ini adalah studi pertama yang menilai risiko kematian pada partisipan dengan komorbid insomnia dan sleep apnea,” ujarnya, dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari News Medical pada Jumat, 17 Desember 2021.

Baca Juga: Orangtua Harus Waspada! Insomnia pada Anak Bisa Jadi Penyebab Masalah Kesehatan Mental di Masa Depan

Orang-orang dengan gangguan insomnia komorbid dan sleep apnea berisiko mengalami kesehatan yang buruk lebih tinggi.

Penelitian mengenai penyakit ini masih terus dilakukan oleh tim Kesehatan dan Medis Flinders.

Masih belum ditemukan alasan mengapa COMISA sering terjadi pada mayoritas orang.

Hingga saat ini tim peneliti masih perlu mengembangkan pendekatan pengobatan yang lebih efektif untuk mengurangi terjadinya COMISA.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: News Medical


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x