PR BEKASI – Napas pendek atau dada terasa sesak dianalogikan sebagai salah satu gejala umum terpapar virus COVID-19.
Dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari situs resmi Medium pada Kamis, 25 September 2020, para ahli di Loma Linda University di California merekomendasikan penyintas COVID-19 memulai latihan pernapasan.
Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kadar oksigen. Pernyataan ini dikemukakan oleh Andrew Weil, M.D, Direktur Center for Integrative Medicine di University of Arizona.
Baca Juga: Dicecar DPR Soal Wacana Kurikulum Baru, Nadiem Makarim Bersumpah: Pelajaran Sejarah Tidak Dihapus
Teknik pernapasan yang dipopulerkannya itu dinamakan bernapas 4-7-8 yang mengadopsi teknik pernapasan yoga.
“Ini adalah teknik relaksasi yang terbaik yang saya tahu. Butuh beberapa waktu, tidak butuh alat, dan tanpa biaya apa pun. Anda harus mempraktikannya dua kali sehari,” kata Weil.
“Dengan terus berlatih, dapat menurunkan detak jantung dan tekanan darah, menyehatkan sistem pencernaan, membuat mudah tidur, dan mencegah kegelisahan,” kata Weil menambahkan.
Diketahui bahwa teknik pernapasan 4-7-8 dapat dilakukan oleh orang yang sedang diberi terapi oksigen.
Baca Juga: Memasuki Musim Peralihan, Akademisi Ingatkan Masyarakat Waspada Bencana Hidrometeorologi
Bahkan efektif pada pasien penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan keluhan susah bernapas dan yang bergantung pada oksigen dan bisa dipelajari dalam hitungan menit.
Sementara teknik bernapas ini dimulai dengan mengosongkan paru dari udara (buang napas). Kemudian bernapas perlahan lewat hidung selama empat detik.
Tahan selama tujuh hitungan, keluarkan napas dengan kuat melalui mulut selama delapan detik, ulangi empat kali.
Para ahli tengah meneliti apa saja dampak kesehatan jangka panjang yang ditimbulkan akibat COVID-19.
Baca Juga: Sambut Tanggal Gajian, Cek Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini Buat Kantong Lebih Hemat
Salah satu efek pada beberapa pasien yang sudah sembuh menderita fibrosis paru (gangguan pernapasan akibat terbentuknya jaringan parut di organ paru).
Pasien SARS yang sudah sembuh dari outbreak yang pernah terjadi di tahun 2003 silam, juga menderita fibrosis.
Fungsi paru yang tida normal ini akan menyebabkan seseorang mengalami sesak napas, bahkan ketika beraktivitas ringan seperti berjalan.
Dengan latihan pernapasan teratur maka dapat meningkatkan pengembangan paru dan menguatkan otot pernapasan yang membuat kapasitas paru untuk menyediakan oksigen lebih besar.
Baca Juga: Shopee Liga 1 2020 Resmi Launching, Berikut Jadwal Lengkap Pertandingan di Pekan ke-1
Pernapasan diafragma bisa dilakukan sebagai permulaan.
Hal tersebut untuk mendapatkan jumlah oksigen yang maksimal ketika menarik napas, tubuh akan menggunakan otot-otot pernapasan termasuk diafragma.***