Peneliti Sebut Efektivitas Vaksin Sinovac di Brasil Lebih Rendah Dibandingkan Indonesia

13 Januari 2021, 14:08 WIB
Ilustrasi vaksin Sinovac. /Bloomberg

PR BEKASI - Sejumlah negara di dunia mulai melakukan vaksinasi Covid-19 secara bertahap untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Vaksin yang diproduksi  perusahaan farmasi di beberapa negara sudah dibeli hingga jutaan dosis oleh sejumlah negara, salah satunya yakni vaksin Covid-19 produksi Sinovac asal China.

Di Brasil, para peneliti memperbarui hasil uji efikasi (efektivitas) vaksin Covid-19 asal China, CoronaVac, yang dibuat oleh Sinovac.

Selanjutnya para peneliti itu menyebutkan bahwa efektivitasnya dinyatakan berkurang dari yang sebelumnya 78 persen menjadi 50.4 persen atau lebih rendah dibanding hasil uji di Indonesia yakni, 65 persen. 

Penyebabnya, karena uji efikasi yang baru melibatkan pasien dengan gejala Covid-19 sangat ringan.

Baca Juga: Ikut Proses Vaksinasi Covid Perdana Bareng Presiden Jokowi, Raffi Ahmad Ajak Masyarakat Tidak Takut

Dengan efektivitas 50.4 persen, maka sulit bagi Brasil untuk merekomendasikan vaksin tersebut. Padahal, vaksin Covid-19 Sinovac adalah satu dari dua vaksin yang disiapkan Pemerintah Brasil untuk program vaksinasi mereka.

Sejumlah peneliti yang menguji efikasi Sinovac kemudian menyalahkan Butantan Biomedical Centre yang hanya memberikan data sebagian soal efektivitas vaksin Covid-19 Sinovac.

"Kita memiliki vaksin yang bagus, tapi bukan vaksin yang terbaik di dunia. Bukan vaksin yang ideal," kata salah satu mikrobiologis yang menguji vaksin, Natalia Pasternak, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Channel News Asia pada Rabu, 13 Januari 2021.

Baca Juga: Kritik Indonesia Soal Vaksinasi, Profesor Universitas Melbourne: Seharusnya Prioritaskan Lansia

Ketika efikasi vaksin Covid-19 Sinovac diumumkan untuk pertama kalinya, data yang dipaparkan memang hanya sebagian.

Butantan Biomedical Centre, selaku pihak yang membantu pengadaan vaksin, menyatakan bahwa vaksin Covid-19 Sinovac 78 persen efektif untuk mereka yang menderita gejala ringan hingga berat.

Umumnya, dalam pelaporan hasil uji efikasi, catatan pengujian terhadap pasien dengan gejala sangat ringan seharusnya juga ada. Hal itulah yang hilang dari laporan vaksin Covid-19 Sinovac dari Butantan. Pihak Butantan, mengakui bahwa hasil uji efikasi yang baru lebih komplit.

Setidaknya tiga kali Butantan tidak menuruti permintaan untuk memberikan data komplit soal uji efikasi vaksin Sinovac. Mereka selalu beralasan terikat kontrak kerahasiaan dengan Sinovac. Tapi, begitu data terbaru terungkap, mereka langsung mengaku.

Baca Juga: Arie Kriting Menikah dengan Indah Permatasari, Ernest Prakasa: Dia Orang Cerdas dan Berhati Lembut

Pasternak melanjutkan bahwa temuan baru soal vaksin Covid-19 Sinovac tidak sepenuhnya buruk. Dirinya telah mendapat laporan bahwa para sukarelawan yang disuntik vaksin Covid-19 Sinovac tidak tertular virus lagi.

Namun, rendahnya angka efikasi pada pasien dengan gejala sangat ringan, kata ia, membuatnya ragu akan dampak vaksinasi terhadap pandemi COVID-19.

Professor Kesehatan Publik dari Universitas Sao Paulo, Gonzalo Vecina Neto, menyebut masalah Sinovac ini harus dijadikan pelajaran bahwa komunikasi itu penting.

"Kita membutuhkan komunikator yang lebih baik (dalam situasi pandemi)," katanya.

Baca Juga: Bongkar Alasan Indah Permatasari Mau Dinikahi Arie Kriting, Ernest Prakasa: Dia Pria Berhati Lembut

Hasil terbaru uji efikasi vaksin Covid-19 dari Sinovac tak ayal akan memberikan dampak positif ke Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Selama ini, Jair Bolsonaro selalu meragukan efektivitas vaksin Covid-19 Sinovac. Beberapa menganggap Bolsonaro tidak suka produk buatan China.

Hingga saat ini, diketahui bahwa Brasil mencatatkan 8.1 juta kasus dan 204.000 korban meninggal akibat Covid-19. Selanjutnya, terkait hasil penelitian tersebut, Brasil belum menjelaskan lebih banyak terkait vaksin apa yang akn mereka gunakan.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Channel New Asia

Tags

Terkini

Terpopuler