Tim Investigasi WHO Sebut China Tak Mau Beri Data Mentah Kasus Awal Covid-19, Kenapa?

14 Februari 2021, 10:17 WIB
Anggota Tim Peneliti WHO saat berkunjung ke salah satu rumah sakit di Wuhan, Rabu, 3 Februari 2021. /Reuters

PR BEKASI - Tim ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beberapa waktu lalu melakukan investigasi di China.

Namun, investigasi yang dilakukannya tersebut dikabarkan nihil.

Salah satu tim investigasi, yang dipimpin WHO, mengklaim bahwa China telah menolak memberikan data mentah kasus-kasus awal Covid-19. 

Kondisi ini kemungkinan berpotensi mempersulit upaya untuk mencari tahu bagaimana wabah Covid-19 bermula.

Baca Juga: Ternyata Amanda Manopo Sempat Ragu Terima Tawaran Main di Sinetron Ikatan Cinta karena Hal Ini

Sebelumnya, WHO telah meminta data mentah pasien positif Covid-19 yang jumlahnya ada 174 kasus.

Data tersebut untuk mengidentifikasinya fase awal wabah Covid-19 di Kota Wuhan, China pada Desember 2019. 

Dominic Dwyer, ahli bidang penyakit infeksius dari Australia, yang merupakan anggota tim itu, mengatakan China hanya memberikan sebuah data kesimpulan.

Baca Juga: Ratusan Ribu Anak di Yaman Terancam Mati, Ferdinand: Sementara Keturunannya Merajalela di Negeri Ini

Data mentah atau yang dikenal dengan nama daftar baris, biasanya akan dianonimkan.

Namun, data ini mengandung detail informasi seperti pertanyaan – pertanyaan yang ditanyakan oleh pasien, bagaimana tubuh mereka merespon dan bagaimana respon mereka dianalisa.

“Itu adalah standar praktek untuk investigasi sebuah wabah,” kata Dwyer, dijutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Minggu, 14 Januari 2021.

Baca Juga: Bukan dengan Makian, Debt Collector di Singapura Ini Pakai Kostum ‘Dewa Kekayaan’ saat Tagih Utang

Menurutnya, penting untuk bisa mendapatkan akses pada data mentah mengingat separuh dari total 174 kasus itu tertular dari Pasar Huanan.

Pasar Huanan adalah pusat grosir makanan laut (seafood) di jantung Ibu Kota Wuhan, di mana virus corona pertama kali terdeteksi.

“Untuk itulah kami konsisten meminta itu (data). Mengapa ini tidak terjadi (tidak dituruti), saya tidak bisa berkomentar," kata Dwyer.

"Apakah ini (karena) politik atau waktu atau ini sulit. Apapun alasannya, kenapa datanya tidak ada. Saya tidak tahu,” kata Dwyer, menambahkan.

Baca Juga: Sekolah Ditutup Selama Pandemi, Gadis Mesir Berusai 12 Tahun Ini Jadi Guru untuk Tetangganya

Dwyer mengakui bahwa otoritas China memberikan banyak bahan informasi.

Sementara itu, mengenai akses ke data mentah pasien akan disebutkan dalam laporan akhir tim.       

“Orang-orang di WHO pasti merasa kalau mereka sudah menerima lebih banyak data dari yang mereka terima pada tahun sebelumnya," katanya.

"Jadi, itu sendiri merupakan sebuah kemajuan,” katanya, menambahkan.

Baca Juga: Jabat Wapres Dua Kali, Budiman Sudjatmiko Heran JK Tak Paham Perbedaan Kritik dan Provokasi

Jumat, 12 Februari 2021 lalu, WHO mengatakan, rencananya keseimpulan hasil temuan tim pencari fakta WHO akan dipublikasi awal pekan depan. 

Investigasi yang dipimpin WHO telah mengalami keterlambatan, waswas atas akses data yang bakal diberikan atau tidak diberikan oleh China.

Selanjutnya,pertengkaran antara Beijing dengan Washington, yang menuding bahwa China menyembunykan sejauh mana awal-awal wabah Covid-19 ini terjadi.

Baca Juga: Bayi Gajah Terjebak di Kubangan Lumpur Berhasil Diselamatkan Warga, BKSDA: Kondisinya Kritis

Tak hanya itu, kritikan atas kunjungan tim ahli dari China yang melakukan riset tahap pertama ke lokasi juga diperdebatkan.

Hingga saat ini awal mula kasus Covid-19 masih menjadi pertanyaan besar oleh tim WHO dan seluruh negara di dunia.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler