Terkejut AS Tarik Pasukan dari Afghanistan, Staf Gedung Putih Sindir Keputusan Joe Biden Mengerikan

13 September 2021, 19:53 WIB
Staf Gedung Putih sebut keputusan Presiden AS, Joe Biden untuk menarik seluruh pasukan AS dari Afganistan adalah sebuah kejutan dan menakutkan. /REUTERS

PR BEKASI – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden Biden telah menghadapi rentetan kritik atas keputusannya untuk tiba-tiba menarik pasukan AS dari Afghanistan menyusul pengambilalihan oleh Taliban

Pria berusia 78 tahun itu terjebak pada tenggat waktu 31 Agustus 2021 untuk mengevakuasi dan sekarang ratusan orang AS telah terdampar di Afghanistan.

Seorang staf Gedung Putih bahkan mengaku kecewa dan mengutuk operasi evakuasi non-kombatan (NEO) yang diperintahkan oleh Presiden AS tersebut.

Baca Juga: Warga Afghanistan Ungkap Kekecewaan Terhadap AS Usai Taliban Berhasil Berkuasa 

Dirinya mengatakan keputusan Joe Biden tersebut merupakan sebuah kejutan dan sangat mengerikan.

“Saya benar-benar terkejut dan benar-benar ngeri kami meninggalkan orang Amerika di sana,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Senin, 13 September 2021.

“Itu adalah penyelamatan sandera ribuan orang AS dengan kedok NEO dan kami telah gagal dalam misi yang tidak pernah gagal itu,” tambahnya.

Pejabat Gedung Putih lainnya mengatakan operasi itu tidak dapat dianggap selesai jika warga AS belum kembali ke rumah.

Baca Juga: Larang Perempuan Afghanistan Jadi Menteri, Taliban: Tugas Mereka Melahirkan 

Sementara itu, pemimpin Partai Republik di Senat AS, Mitch McConnell mengatakan kepergian itu telah meninggalkan AS di belakang garis musuh.

"Kami kurang aman sebagai akibat dari luka yang ditimbulkan sendiri ini," katanya.

Berbicara pada Selasa, 7 September 2021, Joe Biden mengatakan dia mengambil tanggung jawab atas keputusannya di Afghanistan.

Dia memuji operasi militer dua minggu itu sebagai keberhasilan luar biasa, setelah lebih dari 120.000 orang, termasuk 5.500 orang AS dievakuasi dari Afghanistan.

Baca Juga: Dekati Taliban, China Bersiap Garap Tambang Kaya Tembaga di Afghanistan 

Joe Biden bersikeras keberhasilan logistik misi akan sama berantakannya jika diluncurkan lebih awal, sementara tinggal di negara itu akan membutuhkan lebih banyak pasukan AS.

"Saya tidak akan memperpanjang perang selamanya ini," katanya.

Sekitar 5.000 personel AS dikerahkan ke bandara Kabul untuk membantu upaya penyelamatan dan sayangnya 13 orang tewas oleh serangan teror yang mengerikan di ibu kota Afghanistan pada 26 Agustus 2021.

Joe Biden mengakui antara 100 sampai 200 warga AS saat ini diketahui masih berada di Afghanistan.

Baca Juga: Taliban Buat Aturan Baru untuk Mahasiswi Afghanistan, Mulai dari Pakaian Wajib hingga Proses Belajar 

Namun, dia bersikeras AS memiliki pengaruh atas Taliban untuk memastikan mereka bisa kembali.

Presiden AS juga menyatakan, “beberapa peringatan dan tawaran untuk membantu mereka meninggalkan Afghanistan, sepanjang perjalanan kembali sejauh Maret."

Perang di Afghanistan dimulai pada tahun 2001 setelah serangan teror 9-11 di New York dan Washington.

Pertempuran 20 tahun itu merenggut nyawa hampir 2.500 tentara AS dan sekitar 240.000 warga Afghanistan.

Baca Juga: Taliban: Kampus-kampus di Afghanistan Akan Dipisah Berdasarkan Gender dan Perempuan Harus Berpakaian Islami 

“Keputusan tentang Afghanistan ini bukan hanya tentang Afghanistan. Ini tentang mengakhiri era operasi militer besar untuk membuat kembali negara lain. Kewajiban mendasar seorang Presiden adalah untuk membela AS," katanya.

“Bukan melawan ancaman 2001, tapi melawan ancaman 2021 dan besok. Saya tidak percaya keselamatan dan keamanan AS ditingkatkan dengan terus mengerahkan ribuan tentara Amerika di Afghanistan,” ucap Joe Biden.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler