Sampel Batuan Bulan Milik China Tak Cocok dengan yang Dibawa Apollo NASA, Para Ahli Kebingungan

2 November 2021, 20:42 WIB
Para ahli dibuat bingung dengan Sampel batuan Bulan yang dikumpulkan oleh pesawat ruang angkasa Chang'e 5 China lebih muda daripada yang dibawa oleh misi Apollo NASA. /NASA/CNSA/GRAS/NAOC.

PR BEKASI – Sampel batuan Bulan yang dikumpulkan oleh pesawat ruang angkasa Chang'e 5 China membuat para ahli kebingungan.

Pasalnya, sampel batuan Bulan tersebut jauh lebih muda daripada yang dikumpulkan oleh misi Apollo NASA.

Misi Chang'e 5 pada 2020 menandai perjalanan kelima China ke Bulan, tetapi yang lebih penting, itu adalah misi pengambilan sampel batuan bulan pertama China.

Baca Juga: Sinopsis Drama Korea Now We Are Breaking Up: Kisah Cinta Song Hye Kyo dan Jang Ki Yong Penuh Emosional

Misi ini menjadikan China menjadi negara ketiga di dunia yang mengumpulkan sampel batuan Bulan

Dipuji sebagai kemenangan besar bagi program luar angkasa China, misi tersebut telah memberikan wawasan baru yang menarik tentang sejarah Bulan.

Batuan dan debu yang terkumpul di wilayah Oceanus Procellarum Bulan tampak jauh lebih muda daripada sampel yang dikumpulkan sebelumnya.

Baca Juga: Tak Perpanjang Kontrak dengan Woolim, Lovelyz Mijoo, Key, Jisoo dan Yein Tulis Surat untuk Penggemar

Situs tersebut secara khusus dipilih untuk pendaratan Chang'e 5 karena pembuatannya menunjukkan bahwa itu lebih muda dari area yang disurvei oleh misi Apollo dan Luna.

Secara total, pesawat ruang angkasa Chang'e 5 kembali ke Bumi sekitar dengan membawa 173 kilogram batu dan debu bulan.

Analisis selanjutnya dari sampel batuan Bulan telah mengkonfirmasi bahwa vulkanisme di Bulan terjadi jauh lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya, dan itu telah terbukti menjadi teka-teki ilmiah.

Baca Juga: Kisah Ibu Trimah Viral di Media Sosial, Anak Kedua: Kami Tidak Membuang, Hanya Menitipkan

Para ilmuwan pertama kali memperkirakan sebuah fragmen sampel batuan Bulan sekitar 1.97 miliar tahun yang lalu.

Ini dilakukan pada Oktober tahun lalu oleh para peneliti di Universitas Washington di St Louis.

Pada saat itu, Profesor Brad Jolliff, direktur Universitas McDonnell Center for the Space Sciences, menyebutnya sebagai sampel sempurna untuk menutup kesenjangan dua miliar tahun.

Baca Juga: Turki Tangkap 15 Mata-mata Israel, Diduga Sedang Awasi Warga Palestina

Sampai saat itu, semua sampel batuan yang dikumpulkan oleh misi Apollo antara tahun 1969 dan 1972, ditemukan berusia lebih dari tiga miliar tahun.

"Semua kawah tumbukan muda yang usianya telah ditentukan dari analisis sampel lebih muda dari 1 miliar tahun. Jadi sampel Chang'e-5 mengisi celah kritis," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Selasa, 2 November 2021.

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature kini telah menggunakan metode penanggalan serupa pada sampel Bulan yang berbeda dan telah menemukan batuan Bulan berusia sekitar 2.03 miliar tahun.

Baca Juga: Ilmuwan Klaim Pecahkan Misteri Kenapa Suara Orang Mati Bisa Terdengar

Kedua studi tersebut tampaknya mengkonfirmasi aktivitas vulkanik di bagian tertentu Bulan ini sekitar satu miliar tahun setelah wilayah yang disurvei oleh NASA dan Uni Soviet secara geologis sudah mati.

Temuan ini telah memberikan pencerahan baru pada lapisan batu tepat di bawah kerak Bulan.

Namun, para ahli sejauh ini tidak dapat mengetahui mengapa bagian Bulan ini tetap aktif begitu terlambat dalam sejarah Bulan.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Rabu, 3 November 2021: Aries dan Taurus Rasa Gelisah Hantui Hubungan Asmaramu

Joshua Snape, seorang ilmuwan planet di Universitas Manchester, mengatakan para ilmuwan masih belum mengetahui bagaimana dan mengapa vulkanisme tahap akhir terjadi.

Menurut NASA, Bulan terbentuk menjadi satelit alami ketika benda seukuran Mars menabrak Bumi.

Puing-puing yang dihasilkan yang dilemparkan ke ruang angkasa akhirnya bergabung menjadi satu satelit sekitar 239.000 mil dari permukaan Bumi.***

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler