Acara Keagamaan di India Diduga Serukan Ujaran Kebencian terhadap Umat Muslim, Polisi Lakukan Penyelidikan

25 Desember 2021, 15:24 WIB
Polisi India telah meluncurkan penyelidikan ujaran kebencian yang diduga berasal dari acara keagamaan. /REUTERS/Danish Ismail

 

PR BEKASI – Sebuah video ujaran kebencian yang menunjukkan para pemimpin Hindu di India menyerukan ujaran kebencian terhadap umat Muslim dalam sebuah acara keagamaan telah memicu kemarahan dari banyak pihak.

Polisi India mengatakan pada Jumat, 24 Desember 2021 bahwa mereka telah meluncurkan penyelidikan ujaran kebencian ke dalam acara keagamaan yang dilaksanakan pada minggu lalu di Haridwar, di negara bagian Uttarakhand utara.

Dalam acara keagamaan tersebut, diketahui para peserta menyerukan ujaran kebencian dan penggunaan senjata terhadap Muslim.

Seorang pembicara wanita di acara keagamaan itu mengatakan kepada para peserta bahwa mereka tidak perlu khawatir masuk penjara karena melukai orang Muslim.

Baca Juga: Anak Indigo Asal India Ramalkan Kondisi Darurat, Kasus Covid-19 Disebut Akan Melonjak Akhir Tahun 2021

Ia juga mengatakan bahwa pihaknya akan menang jika seratus dari mereka menjadi tentara dan menyakiti dua juta Muslim di negara tersebut.

“Jika Anda berdiri dengan sikap ini saja maka Anda akan mampu melindungi 'sanatana dharma',” katanya, Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Sabtu, 25 Desember 2021.

Acara keagamaan itu diketahui dihadiri oleh setidaknya satu anggota Partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan Perdana Menteri India, Narendra Modi.

Partai tersebut dituduh mendorong penganiayaan terhadap umat Muslim dan minoritas lainnya oleh nasionalis Hindu garis keras sejak berkuasa pada tahun 2014.

Baca Juga: India Izinkan Sekolah Tatap Muka selama Pandemi, Para Orang Tua Khawatir

Anggota parlemen Muslim terkemuka, Asaduddin Owaisi menilai yang menghasut dalam video itu adalah kasus hasutan berupa ujaran kebencian.

Sampai artikel ini dibuat, pemerintahan Narendra Modi masih belum berkomentar terkait acara tersebut.

Wanita dalam video tersebut dilaporkan menambahkan bahwa orang India harus berdoa kepada Nathuram Godse, seorang garis keras Hindu yang melukai ikon kemerdekaan India, Mahatma Gandhi pada tahun 1948.

Delegasi lain, Prabodhanand Giri yang merupakan kepala kelompok Hindu garis keras yang dikenal dekat dengan anggota senior BJP menyerukan ujaran kebencian.

Baca Juga: India Akan Bantu Indonesia Hadapi Ancaman Covid-19, Akui Siap Kirim 20 Juta Dosis Vaksin Novavax

Dirinya juga meminta para peserta acara keagamaan yang seluruhnya merupakan umat Hindu untuk mencontoh pembantaian yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap minoritas Muslim Rohingya.

“Seperti di Myanmar, polisi, politisi, tentara, dan setiap umat Hindu di India harus mengambil senjata dan melakukan pembersihan ini. Tidak ada pilihan lain yang tersisa,” katanya.

Tindakan keras militer di Myanmar terhadap minoritas Muslim Rohingya telah menewaskan ribuan orang dan memaksa ratusan ribu orang mengungsi ke negara tetangga Bangladesh.

Pembicara ketiga terdengar mengatakan bahwa dia berharap dia telah membunuh perdana menteri pendahulu Narendra Modi, Manmohan Singh yang merupakan perdana menteri Sikh pertama di India.

Baca Juga: Peternak di India Melaporkan Kerbaunya Sendiri ke Polisi karena Menolak untuk Diperah

Yang lain mengatakan dia telah meminta hotel dari beberapa negara bagian di India untuk tidak mengizinkan perayaan Natal yang kemudian disambut dengan sorak-sorai dari para peserta.

BJP membantah tuduhan bahwa agendanya adalah mengubah India yang secara resmi sekuler dan pluralistik menjadi negara etnis Hindu.

Kepala polisi negara bagian Uttarakhand, Ashok Kumar, mengatakan insiden seperti itu tidak akan ditoleransi.

Dia menambahkan bahwa sebuah kasus telah didaftarkan di bawah bagian hukum India yang melarang menyebarkan ujaran kebencian di antara kelompok-kelompok yang berbeda atas dasar agama.

Bila video tersebut tersebut terbukti menyebarkan ujaran kebencian, maka yang terlibat di dalamnya dapat dijatuhi hukuman penjara selama tiga tahun.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler