PIKIRAN RAKYAT - Setelah pergantian metode penghitungan korban virus corona di Tiongkok, kini jumlah korban virus corona makin melonjak naik.
Virus yang kini bernama resmi COVID-19 tersebut sekarang telah memakan 1.368 korban jiwa dan menginfeksi 59.805 orang di Tiongkok.
Dikutip dari situs berita The Guardian oleh pikiranrakyat-bekasi.com akibat melonjaknya angka tersebut menyebabkan pemerintah Tiongkok memecat beberapa petinggi Partai Komunis Tiongkok yang berwenang di daerah-daerah yang terkena wabah virus corona.
Baca Juga: Jembatan Penghubung Pebayuran Bekasi dan Rengasdengklok Senilai Rp 45 miliar Diresmikan
Termasuk senior Partai Komunis yang dipecat adalah Jiang Chiaoliang dan Ma Guoqiang.
Jiang Chiaoliang yang merupakan kepala partai di Provinsi Hubei kini digantikan oleh Ying Yong, Wakil Kepala Partai Komunis Tiongkok dari Shanghai.
Sementara itu Kepala Partai Komunis Tiongkok di Kota Wuhan Ma Guoqiang digantikan oleh Wang Zhonglin dari Shandong.
Baca Juga: Erupsi Kembali Terjadi di Gunung Merapi Setelah Status Waspada Ditetapkan Sejak 21 Mei 2018
Zhang Xiaoming yang merupakan Kepala Urusan Hong Kong dan Macau juga dipecat pada Kamis, 13 Februari 2020 waktu setempat.
Dali Yang, profesor ilmu politik Tiongkok dari University of Chicago, menyatakan bahwa tindakan politis tersebut merupakan kebijakan Xi Jinping, Presiden Republik Rakyat Tiongkok.
“Dengan pertaruhan yang tinggi, Xi membutuhkan orang yang tepat untuk menyelesaikan situasi Hubei serta Wuhan,” ujar profesor itu.
Terkait perubahan metode deteksi virus Corona, Komisi Kesehatan Hubei menyatakan pada hari Kamis bahwa kini penghitungan korban virus Corona kini meliputi orang-orang yang didiagnosis menggunakan CT scan.
Sebelumnya, komisi tersebut hanya mendata penderita virus Corona yang didiagnosis menggunakan alat uji khusus, yang kini jumlahnya semakin sedikit.
Sam Crane, ahli politik dan filsafat kuno Tiongkok di Williams College, mengomentari kebijakan baru Tiongkok tersebut.
Baca Juga: Sebagian Wilayah Kabupaten Sleman Dihujani Abu Akibat Erupsi Gunung Merapi
“Dilihat dari sudut pandang transparansi medis, itu adalah hal yang baik, namun, kebijakan itu juga menimbulkan berbagai pertanyaan baru, misalnya saja, seberapa banyak angka infeksi yang aktual sejak bulan Januari? ini dapat menjadi alasan tambahan bagi warga Tiongkok untuk tidak percaya pada apa yang pemerintah katakan,” tutur Crane.
Ahli Politik Tiongkok dari University of California San Diego, Victor Shih menyatakan bahwa pergantian metodologi tersebut dianggap “mengganggu”.
“Penyesuaian data tersebut membuktikan dengan jelas bahwa sebenarnya mereka sudah memiliki dua set data infeksi sejak awal, jika tidak begitu, tidak mungkin pemerintah langsung memasukkan data korban sebanyak itu dalam satu hari,” ucap Shih.
Baca Juga: Cikarang Timur Kini Punya Taman Ramah Anak Pertama Di Kabupaten Bekasi
Meski pemerintah Tiongkok selalu mengumumkan jumlah korban virus corona setiap harinya, ketiadaan informasi demografi yang menemani jumlah tersebut membuat para ahli kerepotan dalam menganalisis kelompok demografi mana yang paling rentan virus corona.
Sempat dikabarkan akan mereda, wabah virus Corona hingga kini masih memakan korban.
Jumlah korban jiwa melonjak naik sebanyak 242 korban dan korban terinfeksi meningkat sebanyak hampir 15.000 korban menggunakan metode baru tersebut.***