Babak Baru, Tidak Ada Kematian Akibat Corona di Tiongkok dalam 24 Jam Terakhir

9 April 2020, 14:06 WIB
WARGA Tiongkok diwajibkan mengenakan masker sejak awal tahun 2020 saat virus corona merebak di negara tersebut.* /Radio France International/

PIKIRAN RAKYAT – Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengungkapkan kabar gembira yakni pertama kalinya dalam kurun waktu 24 jam tidak ada kasus kematian warganya akibat infeksi virus corona.

Bahkan dalam seminggu terakhir hanya ada 13 kasus kematian di Tiongkok akibat pandemi tersebut.

Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Radio France Internationale, pernyataan tersebut bersamaan dengan kabar dicabutnya status lockdown di Wuhan, kota yang menjadi episentrum pandemi global.

Sebelumnya penerapan kebijakan lockdown di seluruh penjuru Provinsi Hubei dan wilayah sekitarnya telah membuat puluhan juta orang tertahan selama kurang lebih 2 bulan lamanya.

Baca Juga: Warga di Cimahi Beri Dukungan dan Bantuan Terhadap Tetangganya yang Positif Virus Corona 

Meskipun secara keseluruhan jumlah kematian di Tiongkok menyentuh angka lebih dari 3.335 jiwa dan hampir 81.865 orang dinyatakan positif, kini jumlah kasus baru mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir.

Meski dalam laporan terbaru, ada 63 kasus positif dan 2 kematian yang dilaporkan beberapa jam lalu yang merupakan kasus imported case.

Namun kondisi tersebut tidak mempengaruhi status Tiongkok yang kian membaik, Pemerintah pun kini mencabut kebijakan lockdown secara bertahap.

Orang-orang yang sebelumnya terjebak di Provinsin Hubei dapat kembali ke wilayahnya.

Baca Juga: Mengenang Glenn Fredly, Sosok Salah Satu Musisi yang Gemar Berinvestasi 

Satu-satunya yang kini dikhawatirkan Tiongkok adalah risiko gelombang infeksi kedua yang merupakan imported case atau warga negara asing.

Untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, Pemerintah Tiongkok telah menerapkan kebijakan dengan mengetatkan kedatangan warga negara asing yang datang ke negaranya.

Pemerintah Tiongkok memberlakukan kebijakan tersebut untuk kedatangan dari Amerika Serikat, Italia, dan Iran dengan membuat pernyataan seperti surat keterangan sehat serta memberikan transparansi riwayat perjalanan mereka jika hendak berkunjung ke negaranya.

Namun Presien Amerika Serikat Donald Trump tetap tidak bercaya dan menuding Pemerintah Tiongkok memalsukan data yang sebenenarnya.

Baca Juga: Renjana, Pesan Aura Kasih untuk Lepas Kepergian Glenn Fredly 

Tudingan Trump tersebut karena bertolak belakang dengan kondisi di Amerika Serikat yang tengah menghadapi lonjakan kasus infeksi virus corona.

Pada hari Selasa 7 April 2020, korban meninggal dunia di Amerika Serikat sebanyak lebih dari 11.000 jiwa.

Kini sebanyak 293.740 orang yang sudah dinyatakan sembuh dari infeksi virus corona di seluruh dunia.

Sejumlah negara tengah berupaya menerapkan berbagai metode untuk menyembuhkan pasien salah satunya yang kini banyak ditiru negara-negara di Asia yakni infusi plasma darah dari pasien yang telah dinyatakan sembuh kepada pasien yang masih terinfeksi.

Baca Juga: Sambut Long Weekend, IHSG dan Rupiah Dibuka Menguat 

Di Korea Selatan, metode tersebut terbukti ampuh dan telah membuat 2 pasien berusia lanjut sembuh setelah mendapat infusi plasma darah dari pasien yang sudah sembuh.

Antibodi yang dimiliki oleh pasien sembuh dinilai efektif dapat meningkatkan imunitas dan meningkatkan harapan sembuh bagi pasien lainnya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Radio France International

Tags

Terkini

Terpopuler