Bos Malaysia Dicap sebagai Pemberi Gaji Paling Pelit Se-Asia Tenggara

19 Februari 2022, 18:01 WIB
Ilustrasi. Para pengusaha Malaysia dicap sebagai pemberi gaji paling pelit se-Asia Tenggara. /Pexels/Thilipen Rave Kumar/

PR BEKASI – Media lokal utama Malaysia, Utusan Malaysia, melaporkan bahwa para pengusaha Malaysia merupakan pemberi gaji yang paling pelit se Asia Tenggara.

Dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainya, sektor bisnis, upah kepada karyawan Malaysia diketahui hanya menyumbang 25 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Jauh lebih kecil dibanding dengan negeri tetangganya; Singapura 40 persen, Indonesia 84 persen, dan Filipina 76 persen.

Baca Juga: YG Tiba-tiba Umumkan Rencana Debut Girl Grup Baru Ini di Jepang, Disebut Sebagai Juniornya BLACKPINK

Angka-angka ini memperhitungkan ukuran populasi tiap negara; Malaysia memiliki 33 juta orang, Singapura 5,6 juta, Indonesia 273 juta, dan Filipina 109 juta orang.

Berbicara tentang laporan tersebut, Abdul Halim Mansor Ketua Kongres Serikat Buruh Malaysia (MTUC) mengatakan, bahwa angka-angka tersebut sama sekali tidak masuk akal.

Mengetahui sebagian besar bos di negara itu rata-rata lebih dari mampu untuk memberikan upah yang lebih tinggi dari upah minimum yang ditetapkan, 1.200 Ringgit Malaysia/sekira Rp40 juta (kurs Rp3.400).

Baca Juga: Link Streaming MasterChef Indonesia Season 9: Okky Jamin Masakannya Enak hingga Machel Bohongi Juri

Dia mengatakan, bahwa meskipun krisis keuangan yang disebabkan oleh pandemi, pemerintah Malaysia telah berbuat banyak untuk membantu menguatkan perekonomian.

Seperti memberikan bantuan keuangan dalam bentuk paket stimulus, hibah, dan subsidi upah.

Dia juga merujuk pada diskusi baru-baru ini seputar kenaikan upah minimum menjadi 1.500 ringgit Malaysia sekira Rp50 juta, yang belum mencapai kesepakatan.

Baca Juga: 4 Zodiak yang Tidak Bisa Menangani Kegagalannya Menurut Astrologi, Salah Satunya Sagitarius

“Mereka terus mengulangi bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk menaikkan upah minimum menjadi 1.500 ringgit Malaysia karena kesulitan ekonomi dan Covid-19,” katanya kepada Utusan Malaysia.

“Alasan ini sekarang sudah menjadi standar, meski pemerintah telah menginisiasi berbagai program bantuan senilai miliaran Ringgit,” katanya.

Belum lama Menteri Sumber Daya Manusia Malaysia, M Saravanan, mengumumkan bahwa kenaikan upah minimum diharapkan terealisasi pada akhir tahun 2022.

Baca Juga: Forecasting Love and Weather Episode 3: Hubungan Ha Kyung dan Si Woo Jadi Ambigu, Kini Harus Satu Tim

Namun, rencana ini ditentang keras oleh berbagai pihak termasuk Federasi Pengusaha Malaysia (MEF).

MEF mengatakan bahwa langkah seperti itu hanya akan menguntungkan pekerja asing di negara itu.

Abdul Halim mengkritik gagasan ini dan menyoroti bagaimana pekerja yang berbasis di Malaysia sekarang dipaksa bekerja lebih keras dengan imbalan yang lebih sedikit.

“Pengusaha seharusnya menginginkan pekerjanya memiliki daya beli yang lebih besar, bukan membuat mereka semakin terjerat utang,” katanya.

“Ketika gaji rendah, ini memberi jalan kepada orang-orang yang memiliki lebih banyak hutang untuk dibayar, dan mereka harus bekerja lebih lama,” ucapnya.

Ia pun membanding upah yang diterima karyawan Malaysia dibanding negara di Asia Tenggara lain.

“Secara komparatif, pengusaha Malaysia hanya menghabiskan sekitar 25 persen dari PDB untuk membayar karyawan,” kata Abdul seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Mashable SEA, Sabtu, 19 Februari 2022.

“Menjadikan Bos Malaysia negara paling pelit di Asia Tenggara dalam hal ini,” katanya.***

Editor: Gita Pratiwi

Sumber: Mashable SE Asia

Tags

Terkini

Terpopuler