Mengenal Antifa, Kelompok yang Dilabeli Teroris oleh Donald Trump Sebagai Dalang Kerusuhan di AS

1 Juni 2020, 18:36 WIB
KELOMPOK Antifa berkumpul dan terlibat dalam demonstrasi di Portland tahun 2019.* /New York Post/

PIKIRAN RAKYAT – Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru-baru ini menyatakan melalui unggahan di media sosialnya @realdonaldtrump bahwa kelompok antifasis atau lebih dikenal Antifa sebagai teroris.

Label tersebut dilontarkan Donald Trump setelah ia menuding aksi demonstrasi di Amerika Serikat yang kini berbuntut kerusuhan panjang telah ditunggangi oleh Antifa.

Menurutnya, para demonstran yang berusaha memprotes keadilan telah dinodai dengan tindakan kekerasan yang diinisiasi oleh oknum-oknum gelap yakni Antifa.

Baca Juga: 5 Hari Terakhir Terjadi Kenaikan Kasus, DMI Jakarta Minta Salat Berjemaah di Masjid Kembali Digelar 

Meski begitu para kritikus mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak memiliki undang-undang terorisme domestik serta Antifa sendiri bukan termasuk organisasi yang terstruktur dengan jelas. Antifa tidak memiliki pemimpin atau bahkan peran dari setiap anggota yang tergabung di dalamnya.

Antifa lebih mudah dikategorikan sebagai gerakan para aktivis yang anggotanya saling bertukar filosofi dan strategi dalam mencapai tujuannya.

Pada tahun 2017 lalu, Antifa berhasil menyedot perhatian Amerika Serikat dengan terlibat dalam United the Right yang terjadi di Charlottesville.

Dikutip dari Pikiranrakyat-bekasi.com dari New York Times, selain tidak jelas struktur kepemimpinanya, Antifa juga sulit ditebak karena mengklaim hal-hal yang berkaitan dengan organisasinya bersifat rahasia.

Baca Juga: Dinilai Manjur, Sinopharm Targetkan Produksi 200 Juta Dosis Vaksin Covid-19 dari Tiongkok

Namun yang pasti Antifa muncul dalam beberapa tahun terakhir untuk menentang sayap kanan tanpa berafiliasi dengan gerakan lain di sayap kiri.

Dalam kegiatannya, Antifa melakukan berbagai kampanye seperti menentang tindakan para pemangku jabatan yang menurutnya mereka otoriter, rasis, homofobik, dan xenofobik.

Meski tak berafiliasi dengan gerakan lain di sayap kiri, faktanya Antifa sering kali bekerja sama dengan jaringan aktivis lokal lainnya yang terlibat dalam suatu demonstrasi seperti saat ini bersama Occupy atau lebih dikenal dengan Black Lives Matter.

Tujuan Antifa yakni berusaha untuk menghentikan tindakan yang mereka kategorikan sebagai rasisme dan sayap kanan dengan alasan membela serta memperjuangkan golongan yang tersingkirkan termasuk ras minoritas seperti anggota komunitas LGBTQ.

Baca Juga: Perjalanan Panjang Lambang Garuda, Hasil Otak-atik Soekarno dan Sultan Hamid II 

Selain itu, banyak juga anggota Antifa yang berpartisipasi dalam berbagai kegiatan bermasyarakat dengan jalan damai, tetapi tetap saja bagi sebagian besar mereka percaya bahwa tindak kekerasan adalah jalan yang dapat dibenarkan untuk membela mereka yang tersingkirkan.

Di Indonesia sendiri, kelompok serupa dikenal dengan nama Anarko yang kerap muncul dalam sejumlah aksi demonstrasi di Tanah Air. Gerakannya serupa dengan Antifa di Amerika Serikat.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: New York Post

Tags

Terkini

Terpopuler