Di Tengah Lokasi Pengungsian, Kamp Rohingya di Bangladesh Umumkan Kasus Kematian Covid-19 Pertama

2 Juni 2020, 20:11 WIB
SUASANA kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh.* /Anadolu Agency/

PR BEKASI - Seorang pengungsi lanjut usia Rohingya dikabarkan menjadi yang pertama meninggal akibat pandemi Covid-19 di kamp-kamp di Bangladesh.

Pengungsi lanjut usia tersebut diketahui berjenis kelamin laki-laki berusia 71 tahun, meninggal pada Minggu 31 Mei 2020 saat menjalani perawatan di pusat isolasi kamp.

Kabar tersebut disampaikan langsung oleh seorang pejabat senior Komisi Pengungsi dan Pemulihan Pengungsi di negara itu bernama Bimal Chakma.

Baca Juga: Update Corona Kabupaten Bekasi Selasa 2 Juni 2020: Kasus Positif di RS Tersisa 18 

"Hari ini kami mendapat konfirmasi bahwa ia dinyatakan positif Covid-19," kata dia dilansir Reuters pada Selasa, 2 Juni 2020.

Setidaknya sebanyak 29 orang Rohingya, kata Bimal Chakmal, telah dinyatakan positif terinfeksi pandemi tersebut sejak kasus pertama terdeteksi di kamp pada 14 Mei 2020.

Sementara itu, para pejabat lainnya mengatakan sebanyak 332 telah melakukan pemeriksaan di antara orang Rohingya di kamp sejauh ini.

Menurut data terkini, di Bangladesh jumlah kasus positif Covid-19 tercatat sebanyak 49.534 orang dengan jumlah 672 orang meninggal dunia.

Baca Juga: Tak Ingin Tergesa-gesa, Pembukaan Masjid Istiqlal Masih Dikaji Meski Renovasi Hampir Selesai 

Pekerja bantuan telah memperingatkan potensi bencana kemanusiaan jika ada wabah yang signifikan di kamp-kamp pengungsi di luar Cox's Bazar, distrik pantai tempat kamp-kamp menampung lebih dari satu juta Rohingnya.

"Kami semua bekerja sepanjang waktu untuk memastikan bahwa pengujian tersedia untuk para pengungsi. Mereka yang diidentifikasi positif Covid-19 memiliki fasilitas yang memadai untuk merawat mereka dan untuk memastikan pelacakan kontak dan isolasi dari mereka yang mungkin telah terpapar," kata Louise Donovan, juru bicara badan pengungsi PBB UNHCR di Cox's Bazar.

Sementara itu, sebanyak 60.000 hingga 90.000 orang telah terjebak, di mana berbagi dengan keluarga di tempat penampungan kecil.

"Ini adalah bom waktu," kata Alejandro Agustin Cuyar, Direktur Program Cox's Bazar, Relief International seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com.

Baca Juga: Meski 15 Daerah di Jawa Barat Diizinkan Terapkan AKB, Epidemiolog Sebut Belum Ada Satu pun yang Siap 

Lebih lanjut, ia mengatakan kamp-kamp pengungsi telah penuh sesak, dengan sumber air, toilet, dan fasilitas mencuci bersama-sama.

"Setelah virus mulai menyerang, akan sangat menantang untuk meratakan kurva. Jadi kami sangat khawatir jumlah yang membutuhkan pengobatan akan sangat banyak," ucap dia.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler