Dikenal Pelit Informasi, WHO Akui Puji Tiongkok di Depan Umum Demi Dapatkan Laporan Soal Covid-19

3 Juni 2020, 17:25 WIB
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.* /REUTERS//REUTERS

PR BEKASI - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaku bukan tanpa alasan memuji Tiongkok di depan umum, mereka melakukan hal itu demi mendapatkan informasi terkait COVID-19.

Namun, dalam rekaman yang diperoleh dari The Associated Press menunjukkan bahwa WHO pernah mengeluh dalam pertemuan pada 6 Januari lalu.

Dalam rekaman tersebut, WHO mengatakan baha Tiongkok tidak membagikan cukup data untuk menilai seberapa efektif virus itu menyebar di antara orang-orang atau risiko apa yang ditimbulkan ke seluruh dunia.

Baca Juga: Berjanji Carikan Apartemen, Mantan Manajer Gunakan Uang Lisa Blackpink untuk Berjudi 

“Kami mendapatkan informasi yang sangat minim,” kata ahli epidemiologi Amerika Serikat Maria Van Kerkhove yang kini memimpin divisi teknis WHO untuk COVID-19 dilansir dari CNBC pada Rabu, 3 Juni 2020.

“Jelas itu tidak cukup bagi kita dalam melakukan perencanaan yang tepat,” ucapnya.

Kisah di balik respons awal terhadap virus corona itu muncul pada saat badan kesehatan PBB dikepung dan telah menyetujui mengenai penyelidikan independen bagaimana pandemi itu ditangani secara global.

Setelah berulang kali memuji tanggapan Tiongkok sejak awal, Presiden AS Donald Trump mengecam WHO dalam beberapa pekan terakhir karena diduga berkolusi dengan Tiongkok untuk menyembunyikan tingkat krisis virus corona.

Baca Juga: Merasa Frustasi, WHO Sebut Pemerintah Tiongkok Tidak Transparansi dalam Berikan Data Soal COVID-19 

WHO juga disebut-sebut frustasi dengan sikap pemerintah Tiongkok yang setengah hati dalam memberikan informasi terkait virus Corona Covid-19.

para petinggi WHO itu pada awalnya memuji Tiongkok atas respons cepat terhadap virus corona yang disebut pertama kali ‘meledak’ di kota Wuhan, Tiongkok.

WHO juga berulang kali berterima kasih kepada pemerintah Tiongkok karena telah berbagi peta genetiks virus corona dengan segera dan mengatakn akan berkomitmen untuk transparansi.

Namun, di balik itu semua ternyata ada cerita yang jauh berbeda. Kini WHO tampak jengah dengan sikap Tiongkok yang justru terlihat lambat.

Baca Juga: Sensasi Drive in Cinema Meikarta yang Tayang 1 Juni, Menonton dari Dalam Mobil dengan Audio Sendiri 

WHO Menilai pemerintah Tiongkok terkesan menutup-nutupi informasi yang seharusnya penting demi mengakhiri pandemi global tersebut.

Rekaman pertemuan menunjukkan, daripada berkolusi dengan Tiongkok seperti yang dinyatakan Presiden AS Donald Trump, WHO tetap berada dalam kegelapan seputar virus corona. Kondisi ini terjadi karena Tiongkok memberikan informasi minimal yang diperlukan.

Namun, WHO tetap mencoba menggambarkan Tongkok dengan baik, kemungkinan cara itu ditempuh sebagai jalan untuk mendapatkan lebih banyak informasi.

Para ahli di WHO juga berpikir para ilmuwan Tiongkok telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mendeteksi dan mendekode virus meskipun kurangnya transparansi dari pejabat Tiongkok.

Baca Juga: Kartun The Simpsons Dikabarkan Telah Prediksi Kematian George Floyd, Simak Faktanya 

Staf WHO memperdebatkan bagaimana cara menekan Tiongkok untuk sekuens gen dan merinci data pasien tanpa membuat marah. Pertimbangan ini muncul dari kekhawatiran kehilangan akses dan membuat ilmuwan Tiongkok bermasalah.

Di bawah hukum internasional, WHO diharuskan untuk cepat berbagi informasi dan memberi peringatan kepada negara-negara anggota tentang krisis yang berkembang.

Pejabat tinggi WHO di Tiongkok, Gauden Galea mencatat bahwa WHO tidak dapat menuruti keinginan Tiongkok untuk menandatangani informasi sebelum memberi tahu negara lain karena itu tidak menghormati tanggung jawab lembaga.

Pada pekan kedua Januari, kepala kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa sudah waktunya untuk memindahkan 'persneling'.

Baca Juga: Bulan Ini Kebun Binatang Bandung Berencana Kembali Terima Pengunjung 

WHO perlu menerapkan lebih banyak tekanan pada Tiongkok. Keputusan ini muncul dengan mempertimbangkan terulangnya wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang dimulai di Tiongkok pada 2002 dan menewaskan hampir 800 orang di seluruh dunia.

"Ini persis skenario yang sama, tanpa henti mencoba mendapatkan pembaruan dari Tiongkok tentang apa yang sedang terjadi," kata Ryan.

Ryan mengatakan cara terbaik untuk melindungi Tiongkok dari tekanan oleh negara lain adalah melakukan analisis sendiri dengan data dari pemerintah Tiongkok oleh WHO.

Ryan juga mencatat bahwa Tiongkok tidak bekerja sama dengan cara yang sama dengan beberapa negara lain di masa lalu.

Baca Juga: Luhut Pandjaitan Klaim Kasus COVID-19 di Indonesia Terus Menurun, New Normal Bisa Segera Diterapkan 

"Ini tidak akan terjadi di Kongo dan tempat-tempat lain. Kita perlu melihat data. Ini sangat penting pada titik ini," kata Ryan merujuk pada wabah Ebola yang dimulai di Kongo pada 2018.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: CNBC

Tags

Terkini

Terpopuler