Usai Beri Pernyataan Bahwa OTG Tidak Menularkan Covid-19, WHO Disebut Alami Kemunduran

11 Juni 2020, 14:39 WIB
SUASANA briefing online yang dilakukan oleh WHO //Youtube/Reuters

PR BEKASI - Kepala unit penyakit dan zoonosis dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Maria Van Kerkhove beberapa waktu lalu mengatakan bahwa orang tanpa gejala (OTG) tidak mendorong penyebaran virus corona atau Covid-19.

Meski pernyataan tersebut telah ditarik kembali oleh WHO, namun hal itu dinilai cukup disayangkan oleh Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Amerika Serikat, Dr Anthony Faucy.

Anthony Faucy menyatakan bahwa penyataan WHO bahwa penularan virus corona oleh orang yang tidak pernah mengalami gejala jarang terjadi itu tidak benar.

Baca Juga: Lantunkan Lagu 'Hati yang Kau Sakiti', Rossa Banjir Pujian Meski Rekaman dengan Alat Seadanya

“WHO alami kemunduran ketika membuat pernyataan itu, karena tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki gejala jarang menularkan virus corona,” kata Anthony Faucy seperti dikutip dari CNBC oleh Pikiranrakkyat-Bekasi.com pada Kamis, 11 Juni 2020.

“Dan faktanya, bukti yang kita miliki mengingat persentase orang, yaitu sekitar 25 hingga 45 persen dari totalitas orang yang terinfeksi, kemungkinan tanpa gejala," ujarnya.

Selain itu Anthony Faucy juga menuturkan bahwa sampai saat ini telah diketahui juga bahwa dari studi epidemiologi menyebutkan bahwa mereka dapat menular ke seseorang yang tidak terinfeksi, bahkan ketika mereka tanpa gejala.

Baca Juga: Belum Putuskan Pembukaan Sekolah, Ridwan Kamil Izinkan Pesantren Berjalan dengan Protokol Kesehatan

“Jadi, untuk mengatakan itu (transmisi dari OTG) adalah peristiwa yang langka tidak benar, dan itulah alasan mengapa WHO mengalami kemunduran," ucapnya.

Orang tanpa gejala, menurut Anthony Faucy adalah seseorang yang terinfeksi Covid-19 tetapi tidak pernah mengalami gejala.

Hal itu tidak sama dengan pasien pra-gejala, yang kemudian mengembangkan gejala.

Baca Juga: Akan Lakukan Pilkada di Tengah Pandemi, Setda Jabar Sebut Butuh Anggaran Berkali-kali Lipat

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi dapat menyebarkan virus pada tahap pra-gejala juga, umumnya satu sampai beberapa hari sebelum gejala mulai.

Maria Van Kerkhove kemudian mengklarifikasi pernyataannya itu, dia mengatakan bahwa itu adalah ‘kesalahpahaman’ dan pihaknya belum mendapat data-data soal itu.

“Saya menanggapi pertanyaan di konferensi pers. Saya tidak menyatakan kebijakan WHO atau semacamnya. Saya hanya mencoba untuk mengartikulasikan apa yang kita ketahui,” imbuhnya setelah mendapat banyak kecaman di media sosial.

Baca Juga: Polda Jatim Panggil Seniman Surabaya, Viral Usai Sebut Berani Hirup Mulut Pasien Covid-19

Maria Van Kerkhove mengatakan, dalam membuat pernyataan tersebut, dia menggunakan frasa ‘sangat langka’, dan dia pikir itu adalah kesalahpahaman bahwa untuk menyatakan bahwa transmisi asimptomatik secara global sangat jarang.

Dia menuturkan, tudi menunjukkan bahwa sekitar 16 persen dari populasi mungkin tidak menunjukkan gejala.

Selain itu dia juga menambahkan bahwa beberapa model yang dikembangkan oleh ilmuwan lain menunjukkan sebanyak 40 persen dari transmisi global mungkin disebabkan oleh individu tanpa gejala.

Baca Juga: Dinilai Tak Serius Tangani Virus Corona, Tiga Daerah di Jatim Dapat Teguran dari Pangdam V Brawijaya

Fauci mengatakan kepada Organisasi Inovasi Bioteknologi bahwa virus corona sangat berbeda dari wabah lain seperti Ebola dan HIV.

“Ini secara historis salah satu pandemi terburuk yang pernah dialami dunia,” tuturnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: CNBC

Tags

Terkini

Terpopuler