Usai Ledakan Besar dan Demo di Beirut, Dua Menteri Lebanon Mengundurkan Diri dari Jabatannya

10 Agustus 2020, 15:54 WIB
Kerusuhan dan demonstrasi di Beirut, Lebanon usai ledakan besar pada Selasa, 4 Agustus 2020. /Antara

PR BEKASI - Menteri Informasi Lebanon, Manal Abdel Samad dan Menteri Lingkungan, Demianos Kattar memutuskan untuk mengundurkan dari jabatan usai tragedi ledakan besar di pelabuhan Beirut, Lebanon yang telah menewaskan lebih dari 150 orang dan menimbulkan aksi demonstrasi.

Dalam pernyataannya, Abdel Samad mengatakan dirinya meminta maaf karena telah mengecewakan masyarakat Lebanon.

"Saya minta maaf kepada Lebanon karena kami tidak dapat memenuhi tuntutan mereka. Karena perubahan di Lebanon masih sulit dipahami dan kenyataan tidak sesuai dengan ambisi kami," ujar Abdel Samad seperti dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Guardian pada Senin, 10 Agustus 2020.

Baca Juga: Ridwan Kamil Terdaftar Sebagai Relawan Vaksin Covid-19, Warganet Cari Terawan dan Prabowo Subianto 

"Dan setelah ledakan mengerikan yang melanda kota itu, saya mengundurkan diri dari pemerintahan," katanya.

Menyusul Abdel Samad, Kattar kemudian menyatakan mundur. Ia menjadi anggota kabinet kedua yang melepaskan jabatannya karena ledakan mematikan yang menimbulkan kemarahan publik.

"Mengingat malapetaka besar, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pemerintah," kata Kattar.

Ia merasa telah kehilangan harapan terhadap pemerintah dengan menyebut, "rezim mandul yang merusak beberapa peluang."

Sejumlah anggota parlemen juga mengajukan pengunduran diri sehari sebelumnya.

Baca Juga: Gunung Sinabung Kembali Erupsi dengan Abu Vulkanik Capai 5.000 Meter, Langit Pekat Masih Hiasi Karo 

Pada Sabtu, 8 Agustus 2020, ribuan orang turun ke jalanan di pusat kota Beirut untuk menggelar protes antipemerintah yang menuntut perbaikan sistem politik, merespons tragedi ledakan.

Massa aksi marah dengan tragedi ledakan itu dan berjanji akan melakukan unjuk rasa lagi setelah mereka menyerbu beberapa kementerian.

Selain itu, Patriark Maronit, Bechara Boutros al-Rahi, bergabung dengan orang-orang yang mendesak kabinet Perdana Menteri Hassan Diab untuk mundur karena ledakan itu, namun menurutnya itu saja tidaklah cukup.

“Tidaklah cukup bagi seorang anggota parlemen untuk mengundurkan diri di sini,” kata Rai dalam sambutannya pada Minggu, 9 Agustus 2020.

Baca Juga: Lama Garap Skripsi, Mahasiswa Ini Viral Usai Tidak Ketahui Dosen Pembimbing Telah Pensiun 

Menurutnya, pengunduran diri itu diperlukan, karena mereka harus menunjukkan kepekaan dan tanggung jawab besar yang kini sangat diperlukan.

“Seluruh pemerintahan harus mengundurkan diri karena tidak mampu memajukan negara,” katanya.

Patriark Maronit juga bergabung dengan para pemimpin dunia, organisasi internasional, dan publik Lebanon dalam mendesak penyelidikan internasional terhadap ledakan tersebut.

Menurut pihak berwenang, ledakan tersebut dipicu oleh kebakaran di gudang pelabuhan tempat pengiriman besar amonium nitrat berbahaya setelah mendekam selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Jelang Perempat Final Liga Champions, Atletico Madrid Konfirmasi Dua Pemainnya Positif Covid-19 

Namun, Presiden Lebanon, Michel Aoun menolak seruan untuk penyelidikan Internasional dengan alasan ia akan “mencairkan kebenaran”.

Di bawah tekanan dari publik dan mitra asing yang jengkel dengan ketidakmampuan kepemimpinan Lebanon untuk memberlakukan reformasi, pemerintahan Diab terlihat semakin tidak stabil.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyerukan dukungan internasional untuk Lebanon dan mendesak para pemimpinnya untuk mencegah "kekacauan" saat dia membuka konferensi bantuan darurat.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler