Kembali Terapkan Aturan Lockdown, Kasus Covid-19 di Amerika Alami Penurunan Tajam

1 September 2020, 08:48 WIB
Suasana kondisi di Wilayah Amerika yang terlihat mengurangi aktivitas luar ruangan. Daily Mail /

 

PR BEKASI – Berdasarkan data terbaru dari hasil pelacakan melalui ponsel, kasus virus Corona di berbagai wilayah di Amerika mengalami penurunan tajam setelah orang-orang berhenti pergi ke kantor dan tempat kerja.

Penelitian menemukan bahwa infeksi menurun sekitar 30 persen di wilayah dengan banyaknya orang yang berhenti pergi ke kantor.

Sementara itu, setelah dua minggu, di daerah dengan aktivitas di tempat kerja yang lebih banyak, penurunan kasus terhitung hanya sekitar 10 persen.

Baca Juga: Lontarkan Kritik Luar dan Dalam Manajemen, Arturo Vidal: Barcelona harus Banyak Berubah

Dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Daily Mail, selain itu, daerah dengan aktivitas yang lebih banyak menggunakan ponsel di rumah jika dibandingkan dengan wilayah di quartile terendah, memiliki angka pertumbuhan yang lebih rendah sekitar 20 persen dalam 15 hari setelah perintah untuk tetap di rumah.

Tim dari Sekolah Kedokteran Universitas Pennsylvania mengatakan pola-pola tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat pertumbuhan COVID-19 dan memberikan informasi kepada pembuat kebijakan yang membuat keputusan dalam penutupan dan pembukaan kembali aktivitas perkantoran.

“Kami berharap bahwa wilayah-wilayah tersebut mungkin dapat menggabungkan data ponsel yang tersedia secara umum tersebut untuk membantu mengarahkan kebijakan-kebijakan mengenai pembukaan kembali melalui tahap-tahap yang berbeda dalam pandemi,” ucap Dr Joshua Baker, seorang asisten profesor kedokteran dan epidemiologi di sekolah kedokteran.

Baca Juga: Lindungi Produk Logam Dalam Negeri, Kemenperin Akan Wajib Terapkan SNI

Dia mengungkapkan lebih lanjutnya, analisis tersebut mendukung penggabungan data lokasi ponsel secara anonim dijadikan model strategi untuk memprediksi risiko wilayah di seluruh Amerika sebelum wabah menjadi terlalu besar.

Untuk penelitian yang diterbitkan dalam JAMA Internal Medicine tersebut, tim menggunakan data lokasi dari ponsel yang tersedia secara terbuka di Google. Data aktivitas tersebut tersedia untuk 2.740 wilayah di Amerika sekitar awal Januari dan awal Mei 2020.

Baker mengatakan bahwa di masa depan, dia ingin melihat apakah data ponsel tersebut dapat digunakan untuk memprediksi hotspot COVID-19.

Baca Juga: Cak Imin Kenang Gus Dur: Ia Tak Pernah Merasa Lebih Baik dari Orang Lain

“Penting untuk memastikan bahwa data ponsel berguna dalam tahap-tajap lain dari pandemi di luar kendali awal,” ucapnya.

“Misalnya, apakah pemantauan data ini berguna selama fase pemulihan pandemi, atau selama suatu wabah?” ucap Baker melanjutkan.

Terakhir, Baker mengungkapkan bahwa mereka memiliki potensi untuk membantu para peneliti untuk lebih memahami pola perilaku yang dapat membantu peneliti di masa depan memprediksi wabah atau mungkin memantau dampak penilaian kesehatan masyarakat yang berbeda pada perilaku masyarakat,” tuturnya.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler