Berharap Tak Mudah Dikenali, 200 Lebih Narapidana Ini Melarikan Diri dari Penjara dengan Telanjang

18 September 2020, 19:45 WIB
Ilustrasi penjara. /Pixabay/

 

PR BEKASI – Sebanyak 210 narapidana melarikan diri dari penjara dengan telanjang guna menghindari identifikasi sebagai tahanan.

Mengutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Guardian, insiden unik ini terjadi di Uganda pada Kamis, 17 September 2020 kemarin.

Para narapidana tersebut kabur dari penjara di kota terpencil Moroto, Uganda.

Baca Juga: Urai Kepadatan dan Cegah Penyebaran Covid-19, Kota Bandung Kembali Berlakukan Buka Tutup Jalan

Berdasarkan catatan layanan penjara Uganda, insiden tersebut terhitung sebagai pelarian ketiga semenjak wabah virus Covid-19 pada Maret 2020 lalu.

Dalam kasus lain, insiden kabur dari penjara dilandasi perasaan ketakutan tertular virus di penjara yang sempit.

Sementara itu, pasukan militer dan pasukan keamanan Uganda dikerahkan guna mengejar 210 narapidana yang melarikan diri besar-besaran tersebut.

Baca Juga: Temui Keganjilan atas Kedatangan TKA Tiongkok di Aceh, Bupati Desak Kemnaker Tunda Penerbitan RPTKA

"Tentara sedang mengejar," kata Brigadir Flavia Byekwaso, juru bicara Pasukan Pertahanan Rakyat Uganda.

Mereka melepas semua seragam tahanan mereka karena warna kuning seragam tersebut sangat mudah dikenali sebagai seragam tahanan. Akhirnya, para narapidana tersebut melarikan diri dengan telanjang.

Menurut laporan, terjadi baku tembak antara narapidana dengan pasukan militer yang mengejar mereka. Baku tembak terjadi di sekitar kaki Gunung Moroto, 286 mil dari Kampala.

Baca Juga: Ungkap Klaim Mengejutkan, Ahli Virus Ini Sebut Covid-19 Sengaja Dibuat oleh Partai Komunis Tiongkok

Sebanyak tiga dari narapidana dan seorang perwira militer senior tewas dalam baku tembak tersebut. Sedangkan tujuh narapidana dilaporkan telah diamankan.

Para tahanan dilaporkan melarikan diri setelah membobol gudang senjata di penjara dan mengambil senjata dan amunisi sebelum mengalahkan seorang sipir penjara.

“Ini adalah prajurit. Mereka terbiasa dengan semak, mereka tahu cara berlari. Mereka sangat mengenal daerah dan medan,” kata Byekwaso.

Baca Juga: Niat Hati Cari Perlindungan di Rumah Kakeknya, Gadis Ini Malah Dibunuh Berkali-kali

Frank Baine, juru bicara layanan penjara, menggambarkan pembobolan penjara sebagai salah satu kasus paling langka di Uganda.

Di antara yang melarikan diri adalah tahanan yang dianggap berbahaya dan dipenjara karena terlibat dalam serangan ternak bersenjata yang mematikan di Karamoja, wilayah miskin yang berbatasan dengan Sudan Selatan dan Kenya.

“Saat mereka keluar dari penjara, mereka berlari ke arah yang berbeda. Tapi kebanyakan dari mereka sedang menuju Gunung Moroto, di mana itu hampir merupakan tanah tak bertuan dan mereka dapat bergerak tanpa bisa dihentikan," kata Baine.

Baca Juga: Usai Blak-blakan Kritik Pertamina dan Kementerian BUMN, Erick Thohir Ajak Ahok Bertemu Langsung

Adapun jumlah total narapidana di Uganda naik 10 persen menjadi 65.000 dalam lima bulan hingga Agustus.

Menurut layanan penjara, lonjakan tersebut berhubungan dengan pelanggaran berbagai tindakan anti-virus corona, seperti jam malam dan pembatasan perjalanan.

“Sebuah helikopter menunggu untuk dipanggil untuk menembak para tahanan jika perlu,” ujar Byekwaso.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler