Ingin Pandemi Segera Berakhir, Anak Muda di Inggris Rela Disuntik dengan Kandungan Virus Corona

22 Oktober 2020, 07:00 WIB
Ilustrssi penyuntikan vaksin covid-19. /Pixabay

PR BEKASI - Di saat kebanyakan orang mengenakan masker dan sebisa mungkin tidak keluar rumah untuk menghindari Covid-19, warga London berusia 22 tahun ini secara sukarela akan ditulari oleh virus corona sebagai bagian dari studi kontroversial.

Marcos dan relawan muda lainnya mengatakan, mereka ingin ambil bagian untuk membantu mengakhiri pandemi yang mewabah di seluruh dunia ini.

Kakek, nenek, dan sahabat-sahabat marcos telah meninggal dunia di awal krisis ini, oleh karena itu,  dirinya terinspirasi untuk menjadi sukarelawan dalam studi tersebut.

Baca Juga: Rugikan Negara Rp2,9 Miliar, Buronan Korupsi Bandara di Maluku Ditangkap Kejaksaan

"Semakin banyak orang yang meninggal dan jika uji coba ini dapat membantu mempercepat penemuan vaksin, saya akan membantu dan ingin menjadi bagian dari itu, saya harap pandemi ini segera berakhir," ucapnya.

Peneliti-peneliti Inggris pun telah bersiap memulai eksperimen kontroversial dengan menginfeksi sukarelawan sehat dengan virus corona. Harapannya, hal itu bisa mempercepat pengembangan vaksin Covid-19.

Pendekatan yang disebut challenge study itu cukup berisiko. Tapi sejumlah peneliti menilai mungkin akan memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan penelitian standar.

"Menginfeksi dengan sengaja sukarelawan dengan apa yang dikenal sebagai patogen manusia tentu bukan hal enteng, tetapi penelitian ini akan memberikan informasi yang sangat banyak mengenai penyakit yang bahkan bahkan sudah banyak diteliti seperti Covid-19," kata investigator penelitian ini Peter Openshaw.

Baca Juga: Bejat! Mengaku Bisa Obati Covid-19, Dukun Ini Cabuli 10 Orang Pasien Perempuan

Penelitian itu mengobservasi apakah sukarelawan yang mengikuti eksperimen tersebut menjadi sakit atau tidak. Pemerintah Inggris kabarnya siap menggelontorkan dana 33.6 juta poundsterling atau sekitar Rp638 miliar untuk penelitian itu.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Associated Press, Rabu, 21 Oktober 2020, Imperial College London mengatakan penelitian itu akan melibatkan sukarelawan sehat berusia antara 18 hingga 30 tahun. 

Penelitian digelar atas kerja sama dengan Departemen Perdagangan, Energi dan Industri Strategis, Royal Free London NHS Foundation Trust dan perusahaan yang menggelar penelitian hVivo.

Di tahap pertama penelitian, para peneliti akan mencari tingkat paparan terkecil yang menyebabkan penyakit. Lalu peneliti menggunakan model yang sama untuk mengetahui bagaimana vaksin potensial bekerja di tubuh dan bagaimana tubuh meresponsnya.

Baca Juga: Rahasia Kesuksesan BTS Tembus Industri Musik AS, Brad Navin: Hal Utama, Selalu tentang Penggemar

Ketua Satuan Tugas Vaksin Kate Bingham mengatakan penelitian itu akan menambah pemahaman mengenai virus corona. Hal itu juga akan membantu membuat keputusan seputar penelitian.

"Banyak yang dapat kami pelajari mengenai imunitas, lama proteksi vaksin, dan infeksi ulang," ucapnya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: AP

Tags

Terkini

Terpopuler