Sempat Anggap Konspirasi, Pendukung Donald Trump Akhirnya Percaya Covid-19 Setelah Tertular

29 Oktober 2020, 11:03 WIB
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. /Reuters

PR BEKASI – Selama berbulan-bulan, Tony Green yang merupakan pendukung Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump tidak mempercayai adanya pandemi Covid-19.

Dirinya percaya bahwa Covid-19 merupakan sebuah teori konspirasi yang didalangi oleh "media arus utama" dan Partai Demokrat untuk menjegal Trump dalam pemilihan presiden November mendatang.

Namun, pria berumur 43 tahun asal Dallas, Texas tersebut akhirnya percaya terhadap Covid-19 setelah dirinya terkena virus asal Tiongkok tersebut bersama dengan 14 anggota keluarga besarnya sehabis mengadakan acara kumpul-kumpul pada bulan Juni lalu.

Baca Juga: Bantah Pernyataan Megawati, Persis DKI Jakarta: Milenial Punya Peranan Cukup Penting

Dua kerabatnya yang berusia 52 dan 69 tahun, diketahui meninggal dunia karena virus Covid-19.

"Saya menjadi korban karena percaya bahwa virus itu tidak ada," kata Tony Green yang sekarang menyesal karena mempercayai omongan Presiden Trump tersebut, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Kamis, 29 Oktober 2020.

Trump sendiri diketahui telah sering meremehkan virus Covid-19 sejak kasus pertama dilaporkan di AS pada Januari.

Baca Juga: Bingung dengan Moral Rakyat Indonesia, Megawati: Susah-susah Bikin Halte, Dibakar, Emangnya Duit Lo?

Trump sering melanggar protokol kesehatan yang diwajibkan oleh para ahli kesehatan terkemuka AS serta menghindari penggunaan masker, yang membantu membatasi penyebaran virus.

Trump juga telah berulang kali mengklaim bahwa Covid-19 akan menghilang dan mendorong negara untuk memprioritaskan membuka kembali sektor ekonomi mereka.

"Saya berharap Trump dapat menunjukkan lebih banyak integritas dan kejujuran dalam kepemimpinannya. Dia tidak bertanggung jawab," kata Tony Green.

Baca Juga: Semangati Pelaku UMKM Bekasi, Tri Adhianto: Jangan Sampai Kendor, Terus Buat Produk Terbaik

"Pandemi seharusnya tidak pernah dipolitisasi. Saya tidak menganggapnya serius. Saya merasa seperti pengemudi mabuk yang membunuh penumpangnya. Saya merasa bertanggung jawab, karena saya menjadi pembawa acara," sambungnya.

Tony Green termasuk di antara lebih dari delapan juta orang yang dites positif Covid-19 di AS sejak wabah dimulai.

Ini termasuk presiden Trump sendiri, yang dirawat di rumah sakit untuk periode singkat pada awal Oktober setelah tertular virus tersebut.

Baca Juga: Putuskan Tak Naikkan Upah Minimum 2021, Anggota DPR: Pemerintah Tak Ingin Banyak Buruh di PHK

Sejak itu, AS melaporkan angka harian tertinggi dan jumlah rata-rata kasus mingguan, di tengah lonjakan di beberapa bagian Midwest, dan jumlah kematian telah melampaui 227.000, menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins.

Sejak diagnosisnya, Trump telah mengklaim, tanpa bukti, bahwa dia sekarang kebal terhadap virus mematikan itu, tetapi beberapa orang AS yang telah terinfeksi atau yang anggota keluarganya telah meninggal melihat komentar itu sebagai merendahkan dan menghina.

Jajak pendapat nasional menunjukkan mayoritas orang Amerika tidak setuju dengan penanganan Trump terhadap pandemi, yang dapat merugikan kandidat dari Partai Republik menjelang Pemilu pada 3 November 2020.

Baca Juga: Hujan Ringan Diperkirakan Guyur Kota dan Kabupaten Bekasi, Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

Dalam jajak pendapat nasional baru-baru ini tentang masalah-masalah penting pemilihan, 77 persen pemilih terdaftar mengatakan posisi para kandidat dalam menanggapi Covid-19 "penting" atau "sangat" penting.

Richard Parr, Direktur Riset di The MassINC Polling Group, yang berbasis di Boston, Massachusetts mengatakan tanggapan Trump terhadap pandemi sebagian disebabkan oleh jajak pendapatnya yang buruk.

"Sebagian besar jajak pendapat nasional dan negara bagian menunjukkan bahwa mayoritas orang tidak setuju dengan penanganan pandemi oleh Trump," kata Richard Parr.

Baca Juga: Banyak Warga Berwisata Saat Libur Panjang, dr. Tirta: Perhatikan Selalu Imun, Iman, Aman

"Tentu saja, itu terbagi di antara garis partai. Namun, pemilih independen lebih condong ke Demokrat. Juga, jumlah kasus Covid-19 di negara bagian swing seperti Ohio, Wisconsin dan Michigan meningkat, tentu saja hal itu tidak baik untuk Trump." sambungnya.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler